Ketika Diam Jadi Pilihan
"Ahmad Arifuddin"
Mentari pagi belum bersinar sempurna
Ketika rasa itu tiba-tiba hadir
Dalam diam semuanya semakin tumbuh
Karena hanya kita yang menyadarinya
Kebahagiaan yang selalu bersinar
Di saat mata saling menatap
Semua itu tak bisa kita tutupi
Karena rasa itu sungguh indah
Kampung tempat kita dilahirkan
Menjadi kandang ketika rasa itu terkurung
Ketika pertemuanpun kau jadikan alasan
terbaik
Saat rindu tak mampu kau tahan lagi
Senyummu yang menyapa pertemuan
Suguhan tersejuk penjaga kedamaian hati
Dan saat kata-kata mulai mengalir
Kehangatan jiwapun mulai meraba
Tapi akupun akan tetap menyadari
Saat itulah waktu berjalan dengan cepatnya
Panasnya sinar mentari di siang hari
Membakar perasaan yang kian bersinar
Bersama panah yang sedang kupegang
Keberanianpun membara dalam fikiran
Keringat yang terus berjatuhan
Semakin mendorong raga untuk bertindak
Dan membentuk pertanyaan dalam gelisah
Apakah busur panah itu harus kulepas
Namun pilihanpun aku ambil dalam keyakinan
Dengan kepercayaan akhirnya aku lepaskan
busur itu
Semoga busur itu menancap di sasaran dengan
sempurna
Seperti petir di siang bolong
Semua terasa tidak mungkin
Harapan yang hancur oleh fakta
Membuat jiwa ini terasa terpenjara
Ragapun langsung terpengaruh olehnya
Ketika busur itu hancur dalam sasaran
Dan semua itu semakin membuatku terpuruk
Saat aku tau tentang satu hal yang kau
ucapkan
Bahwa masalah keluargalah yang menjadi
sebabnya
Langit yang mulai gelap
Menjadi tanda atas sinar matahari yang
mulai terbenam
Dan kini akupun tersadar bersama waktu yang
berjalan
Bahwa orang tua memang pemberi kasih dan
cinta
Tapi ketika mereka bermusuhan dengan
tetangga
Anakpun bisa jadi korban atas sebuah cerita
indah
Yaitu tentang rasa yang tidak akan bisa
mereka beri
Jogjakarta, 5 oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar