Sebenarnya tujuan aku tinggal di kota jogja si mau kerja, terus akhirnya ketrima di Universitas negeri. Dan seperti anak muda lainnya ,cielah emang masih muda?, bajigur, masihlah aku masih 19 tahun kok. Owhya dalam tulisan kalia ini aku mau bercerita tentang kisah cintaku bersama si fransiska, dari namanya aja udah cantik kan?, iyalah jelek-jelek gini seleraku dalam bercinta tinggi. Yuk lanjut, fransiska adalah mahasiswi UGM jurusan Filsafat, fransiska asli jakarta tapi di jogja dia itu tinggal di rumah pamannya di daerah belakang gramedia, ya kalau dari tempatku si deket karena aku kalau berangkat ke kampus juga melewati gramedia. Fransiska itu lebih tinggi dari aku, wajahnya putih dan lehernya juga putih kok, ya aku kawatir aja kalau wajahnya putih tapi lehernya item, kan jadi kaya cabe-cabean busuk. Yang paling lucu dari fransiska adalah ketika dia maksa ngomong pake bahasa jawa, kalau dia udah mulai maksa ngomong bahasa jawa aku harus langsung nahan pipis ,ya mau gimana lagi aku mau ketawa ntar di kira ngehina, tapi kalau ketawa di tahan itu rasa kebelet pipis langsung menekan.
Biar
kaya sinetron-sinetron aku mau nyeritain awal pertama kita ketemu ya?, karena
kampusku itu tak jauh dari kampus fransiska yaitu UGM, jadi setiap hari sabtu
pagi aku pasti pergi ke UGM karena memang hari sabtu aku libur kuliah. Biasanya
si aku pergi ke Grha Sabha Pramana ,yaitu gedung utama di kampus UGM. Gedung
yang biasa di sebut GSP itu tepat di depannya terdapat boulevard UGM yang juga
menjadi tempat favorit di lingkungan UGM, di depan situ biasanya si juga di
gunakan untuk joging. Kalau aku sendiri si biasanya maenan biola sendirian
sambi cuci mata, hahaha. Gak lah, gak bohong.
GRHA SABHA PRAMANA ,UGM, YOGYAKARTA
Dari situlah awal cerita aku dengan fransiska dimulai, waktu itu seperti biasa hari sabtu aku berangkat jam 6 pagi, dan seperti biasa aku duduk di sayap timur GSP dan duduk di bawah pohon. sesampainya di sana si udah banyak mahasiswa UGM yang berhilir mudik, termasuk di antaranya si fransiska. Aku si belum sempat membuka biola yang aku bawa dari dalam tas eh tiba-tiba ada seonggok gadis , kok seonggok gadis?, owhya sesosok gadis manis yang turun dari mobilnya. Entah apa yang membuat si gadis itu langsung duduk di sampingku. Dan mulailah terjad obrolan.
Pagi mas (sapa dia sambil membetulkan tali sepatunya)
Iya pagi (jawabku)
Masnya dari jurusan apa , musik ya (saut dia sambil
memandang biola yang aku bawa)
Ehhhh, gak kok (jawabku)
Terus (saut dia)
Aku bukan mahasiswa sini, aku Cuma biasa main-main disini
aja (jelasku ke dia)
Loh, terus dari mana? (tanya dia)
Aku mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA, berhubung kuliahku hanya
sampai jumat jadi setiap sabtu aku sering main kesini (jelasku ke dia )
Ngomong panjang lebar sampai gak sadar kalau hari sudah
mulai panas, bokongku juga mulai kesemutan. Tapi walaupun sudah lama ngobrol
jangankan nomor hp ataupun pin bb untuk aku minta , nama dia siapa aja aku
belum sempat menyakan. Sumpah kejadian itu begitu cepat padat dan akurat.
Hahaha pake akurat segala. Ya mau gimana lagi kita memang ngomongin banyak hal,
aku nyeritain biografiku begitupun dia, tapi dalam obrolan itu ada yang
janggal, karena ketika kita ngobrol aku si ngomong sambil memandang wajahnya,
nah dia malah sibuk dengan handphone nya, sampai akhirnya dia bertemu dengan
teman-temannya. Sesudah kejadian itu aku langsung berfikir , apa aku Cuma di
jadiin halte tempat buat nungguin di bertemu temen-temenya ya?, tapi tak apalah
yang penting punya kenalan baru.
GSP dari timur
Di hari
sabtu depannya lagi seperti biasa aku pergi menuju sayap timur GSP. Nah
sesampainya di tempat biasa aku menghabiskan waktu di bawah pohon sayap timur
GSP. Di situ sudah ada si gadis yang kemaren.
Disini
ngapain , nunggu temen lagi ya? (tanya aku sambil naruh biola yang aku bawa)
Gak
(jawab dia sambil sibuk dengan handphone
nya)
Terus
(saut aku)
Lagi
kangen sama keluarga di rumah , owhya nama kamu siapa si? (tanya dia)
Arief
(sambil menyalaminya)
Owh,
aku siska (sambil membalas salaman tanganku dan menatapku)
Kejadian itu memang gak lama, tapi tatapannya itu membuat
jantung ini berhenti berdetak , ah mulai alay nih. Gak berhenti berdetak si
tapi Cuma canggung. Sampai akhirnya
dengan sedikit niat baik ingin menghibur dia di balut dengan lapisan modus,
akupun mengajak dia jalan-jalan.
Yuk jalan-jalan (ajakanku ke dia)
Kemana? (tanya dia)
Udah ikut aja , kita naik bus trans jogja (jawabku)
Terus sepadamu ? (saut dia)
Udah biarin disini aja gapapa (jawabku penuh percaya diri)
Walaupun
aku juga belum tau ini mau kemana tapi yang penting dia mau jalan dulu, urusan
tujuan ntar difikir sambil jalan saja. Di dalam bus trans jogja kitapun duduk
bersebelahan, karena waktu itu di dalam bus agak sepi jadi banyak kursi yang
masih kosong. Belum lama bus berjalan tiba-tiba dia ketiduran, entah apa yang
membuat dia bisa tidur di dalam bis, perasaan belum juga jalan-jalan masa udah
kecapean. Di dalam pundaku dia masih saja belum bangun dan membuat fikiranku
dilema. Ini mau aku bangunin gak enak, gak di bangunin ntar di kira aku tukang
hipsotis. Dengan tujuan yang juga tak jelas akhirnya aku membiarkan dia tidur
nyaman di pundaku. Dia mungkin nyaman banget tidurnya tapi aku yang jadi’in
tempat sandaran dia buat tidur itu rasanya malu, gimana gak malu, penumpang
lain terus memperhatikan aku. Untuk menutupi rasa malu akupun seolah-olah
menyibukan diri dengan handphone, walaupun sebenarnya handphone ku udah mati karena
tadi lupa aku ces terlebih dahulu tapi tak apa dengan memasang wajah sok sibuk
akupun berakthing dengan handphone mati itu.
Satu jam
berjalan, dua jam berjalan, sumpah ini fikiran aku mulai berfikir negatif. Apa dia
kena serangan jantung ya?, tapi serangan jantung masak gak di awali dengan
kejang-kejang dulu. Apa mugnkin dia asma ya, apa aku harus ngasih nafas buatan
biar dia bangun ya?, kalau dia asma perasaan dari idungnya masih keluar nafas
deh. Duh gimana nih. Kepanikanku mulai memuncak ketika dia jatuh dari pundaku
dan kepalanya tepat di atas pahaku. Tapi yang membuat aku cemas ,kenapa dia
tidak bangun juga ya?, karena rasa gelisah dalam hatiku ini sudah tidak tertahankan
lagi akhirnya aku memilih untuk turun karena kebetulan waktu itu bisnya mau
sampai di halte malioboro. Di situ akhirnya aku turun sambil aku gendong dia,
sesudah itu aku bawa dia di warung angkringan jalan malioboro, aku tempatkan
dia di kursi panjang dan aku sandarkan dia di pundaku.
Es teh ya pak satu (pesanku pada sibapak tukang angkringan)
Iya dek, kenapa tu dek (saut si bapak sambil menatap wajah
gugupku)
Iin ini ketiduran pak (jawabku dengan nafas yang tertatih)
Ini dek es tehnya (saut si bapak sambil menyodorkan es
tehnya)
Iya pak makasih (jawabku sambil mengambil es tehnya)
Dengan spontan
aku ambil sedotan terus aku masukin ke es teh yang kemudian sedotan itu aku
masukin ke dalam mulutnya fransiska yang belum juga bangun ini. Sedotan pertama
belum bangun juga, sedotan kedua belum bangun juga, sedotan ketiga ,di barengi
dengan rasa kaget dia bangun juga. Itu perasaanku dari yang awalnya tegang
langsung cerah seperti cerahnya cuaca pada saat itu.
Mana handphone , mana handphoneku (teriak dia sambil
nyari-nyari handphone nya)
Nihh (jawabku sambil ngambil handphone dia dari saku)
Coba gimana
perasaan kalian, susah susah ngebangunin eh giliran udah bangun yang di cari
malah handphone. Berhubung aku sudah kelaperan akhirnya aku ajakin dia makan
,kebetulan pas di angkringan. Bermodal rasa lelah yang tak terhingga akupun
menghabiskan 5 bungkus nasi. rasa kenyang sudah menyambar akupun mengajak dia
kembali ke UGM untuk ngambil sepedaku.
Yuk kita
pulang aja (tanyaku ke dia)
Kok pulang
,katanya mau ngajak jalan-jalan (saut dia)
Aku capek,
kamu si tadi tidur apa pingsan si (jawabku ke da sambil menghela nafas)
Hahahaha
(ketawa), aku itu ngantuk banget tadi, yaudah yuk pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar