Jumat, 09 Januari 2015

Dilematika Seminar Bagi Mahasiswa (Esay)





Dalam hal pencarian ilmu terutama bagi para mahasiswa di lingkungan Universitas, cara yang dilakukan memang tidak harus dengan mendengarkan kata demi kata yang di sampaikan oleh dosen, ilmu yang di dapatkan dengan mengikuti kegiatan organisasi maupun UKM pun terkadang belum cukup, dari alasan tersebut maka terjadilah apa yang biasa di sebut seminar, kegiatan yang di adakan oleh suatu Organisasi, UKM, Jurusan, fakultas atau bahkan dari Universitasnya.
Secara terminology seminar adalah sebuah kegiatan yang di buat untuk penyampaian suatu karya ilmiah dari seorang pakar atau peneliti yang dipresentasekan kepada peserta agar dapat mengambil keputusan yang sama terhadap karya ilmiah antara sumber dengan peserta.
Seperti yang sedang terjadi di UIN Sunan Kalijaga saat-saat ini, terutama buat saya yang merupakan mahasiswa baru, buat saya seminar merupakan suata hal yang membuat saya sangat penasaran karena kegiatan tersebut jarang saya alami waktu saya di bangku SMA dulu. Sebenarnya ada banyak jenis seminar yang boleh diikuti tergantung pada bagian mana yang yang paling diminati. Ada orang yang senang dengan mengikuti seminar-seminar umum dan ada pula yang senang dengan mengikuti seminar khusus bergantung pula dengan tema-tema yang diangkat. Bagi saya sendiri, tema yang menarik adalah tema yang mampu menggugahkan pikiran untuk menemukan hal-hal baru di luar hal yang pernah di dapatkan. Baik pegetahuan selama ini dari dunia kampus maupun pengetahuan di luar kampus.
Secara umum, manfaat seminar yang didapatkan adalah menambah pengetahuan kita. Seringnya mengikuti seminar akan membantu membangun paradigma berpikir kita. Dengan kata lain, seminar akan membuka pikiran yang tadinya hanya seluas lapangan tenis menjadi seluas lapangan sepak bola. Pengetahuan yang tadinya hanya sedalam sungai menjadi seluas lautan. Kira-kira demikian kalimat yang dapat saya tuliskan untuk melukiskan betapa bermanfaatnya mengikuti seminar.
Di dunia kampus sendiri istilah seminar tidak asing lagi. Alasannya, mahasiswa pada pertengahan masa studinya atau di akhir masa studinya wajib mengikuti seminar. Persyaratan itu menjadi mutlak dilaksanakan mahasiswa. Dia akan menjadi pembicara tunggal untuk menyampaikan ide-ide dalam penelitiannya di depan para dosen penguji. Seminar proposal menjadi satu langkah awal untuk membuktikan jati diri sebagai seorang mahasiswa. Penelitian-penelitian yang akan dilaksanakan akan diuji terlebih dahulu di ruang seminar proposal. Kekuatan argumentasi dan pikiran yang analitis-kritis akan membawa pada pembuktian layak tidaknya penelitian itu dilakukan.
Keberanian mengemukakan pendapat yang baru dan berbeda seringkali mendapat reaksi dari sang penguji. Pada saat itulah argumentasi dituntut guna meyakinkan mereka. Oleh karena itu, kita harus jeli melihat dan memahami setiap kritikan-kritikan penguji jangan sampai kritikan yang diberikan penuh jebakan-jebakan yang membuat kita sendiri yang merasa terpojok. Maka dari itu, pahamilah isi proposal Anda sepenuhnya. Yakinkanlah bahwa isi proposal yang Anda tawarkan benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan hasil plagiat.
Namun, di luar dugaan sering timbulnya masalah-masalah dalam serangkaian seminar itu. Boleh jadi karena hal itu menyebabkan keengganan untuk mengikuti seminar. Saya pribadi pernah mengikuti seminar, tetapi hanya menjadi partisipan. Ketika itu seminar yang akan dilaksanakan mendapat makanan ringan dan sertifikat. Seusai seminar, terkadang tidak selamanya sertifikat langsung dibagikan pada rangkain akhir seminar. Adakalanya sertifikat akan dibagian pada minggu pertama atau minggu kedua setelah seminar dilaksanakan. Tunggu-menunggu ternyata sertifikat itu tidak juga diberikan.
Dari kejadian itu, saya lebih berhati-hati dengan begitu banyaknya promosi-promosi oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan kegiatan seminar. Perhatikan dulu secara saksama apakah oknum tersebut dapat dipercaya atau malah hanya ingin kita ikut membayar, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Selain itu, masalah yang terjadi saat mengikuti seminar adalah seringnya penerapan waktu yang tidak tepat. Bukan menjadi rahasia lagi kalau setiap pertemuan resmi semacam seminar memakan waktu 15 menit sampai 1 jam lamanya waktu yang dindurkan. Banyak alasan-alasan yang mencuat. Keterlambatan pembicara, ketidaksiapan panitia saat mengoordinasikan kegiatan, dan lain-lain. Alasan-alasan itu semacam lumrah dan sudah biasanya. Budaya kita yang senang diatur oleh waktu menyebabkan kita senang-senang saja akan hal itu. Padahal seyogianya, kitalah yang berhak mengatur waktu itu.
Dan yang terakhir adalah dari para partisipannya, terkadang saya sering mendengar dari teman-teman saya kalau mereka mengikuti seminar hanya agar mendapatkan snack yang di sediakan atau sertifikat yang biasanya di gunakan untuk menarik partisipan lebih banyak tapi di satu sisi itu juga bisa menjadi bumerang, padahal fungsi seminar sendiri pada dasarnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. dan yang tidak jarang saya dengar adalah terkadang seminar itu dijadikan pelampiasaan ketika kemalasan sedang melanda dalam mengikuti kuliah yang seharusnya di lakukan, dan pelakunyapun kadang membenarkan hal itu karena mereka berfikir baik mengikuti kuliah ataupun mengikuti seminar mereka akan sama saja mendapatkan ilmu baru tanpa memikirkan bahwasanya akademiklah harusnya yang di utamakan terlebih dahulu.
 Pada akhirnya seorang mahasiswa di nilai harus cakap dan terampil dalam seminar pendidikan disebabkan karena kebutuhan pokok seorang mahasiswa dalam mempertanggung jawabkan karya ilmiahnya. Mahasiswa yang kreatif dalam menyampaikan sebuah karya ilmiah adalah mahasiswa yang benar-benar dapat mempertanggung jawabkan karya ilmiahnya, kecakapan bebahasa atau retorika juga dapat menarik perhatian orang lain mendengarkannya ketika ia berbicara untuk mendukung hasil karyanya. Maka manfaatkanlah kegiatan seminar tersebut dengan sebaik-baiknya tapi tetap harus mengatur waktu antara jadwal kuliah.

@AhmadAriefuddin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar