Dalam hal pencarian ilmu terutama bagi para mahasiswa di lingkungan
Universitas, cara yang dilakukan memang tidak harus dengan mendengarkan kata
demi kata yang di sampaikan oleh dosen, ilmu yang di dapatkan dengan mengikuti
kegiatan organisasi maupun UKM pun terkadang belum cukup, dari alasan tersebut
maka terjadilah apa yang biasa di sebut seminar, kegiatan yang di adakan oleh
suatu Organisasi, UKM, Jurusan, fakultas atau bahkan dari Universitasnya.
Secara terminology seminar adalah sebuah kegiatan yang di buat untuk
penyampaian suatu karya ilmiah dari seorang pakar atau peneliti yang
dipresentasekan kepada peserta agar dapat mengambil keputusan yang sama
terhadap karya ilmiah antara sumber dengan peserta.
Seperti yang sedang terjadi di UIN Sunan Kalijaga saat-saat ini,
terutama buat saya yang merupakan mahasiswa baru, buat saya seminar merupakan
suata hal yang membuat saya sangat penasaran karena kegiatan tersebut jarang
saya alami waktu saya di bangku SMA dulu. Sebenarnya ada banyak jenis seminar
yang boleh diikuti tergantung pada bagian mana yang yang paling diminati. Ada
orang yang senang dengan mengikuti seminar-seminar umum dan ada pula yang
senang dengan mengikuti seminar khusus bergantung pula dengan tema-tema yang diangkat.
Bagi saya sendiri, tema yang menarik adalah tema yang mampu menggugahkan
pikiran untuk menemukan hal-hal baru di luar hal yang pernah di dapatkan. Baik
pegetahuan selama ini dari dunia kampus maupun pengetahuan di luar kampus.
Secara umum, manfaat seminar yang didapatkan adalah menambah
pengetahuan kita. Seringnya mengikuti seminar akan membantu membangun paradigma
berpikir kita. Dengan kata lain, seminar akan membuka pikiran yang tadinya
hanya seluas lapangan tenis menjadi seluas lapangan sepak bola. Pengetahuan
yang tadinya hanya sedalam sungai menjadi seluas lautan. Kira-kira demikian
kalimat yang dapat saya tuliskan untuk melukiskan betapa bermanfaatnya
mengikuti seminar.
Di dunia kampus sendiri istilah seminar tidak asing lagi. Alasannya,
mahasiswa pada pertengahan masa studinya atau di akhir masa studinya wajib
mengikuti seminar. Persyaratan itu menjadi mutlak dilaksanakan mahasiswa. Dia
akan menjadi pembicara tunggal untuk menyampaikan ide-ide dalam penelitiannya
di depan para dosen penguji. Seminar proposal menjadi satu langkah awal untuk
membuktikan jati diri sebagai seorang mahasiswa. Penelitian-penelitian yang
akan dilaksanakan akan diuji terlebih dahulu di ruang seminar proposal.
Kekuatan argumentasi dan pikiran yang analitis-kritis akan membawa pada
pembuktian layak tidaknya penelitian itu dilakukan.
Keberanian mengemukakan pendapat yang baru dan berbeda seringkali
mendapat reaksi dari sang penguji. Pada saat itulah argumentasi dituntut guna
meyakinkan mereka. Oleh karena itu, kita harus jeli melihat dan memahami setiap
kritikan-kritikan penguji jangan sampai kritikan yang diberikan penuh
jebakan-jebakan yang membuat kita sendiri yang merasa terpojok. Maka dari itu,
pahamilah isi proposal Anda sepenuhnya. Yakinkanlah bahwa isi proposal yang
Anda tawarkan benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan hasil plagiat.
Namun, di luar dugaan sering timbulnya masalah-masalah dalam
serangkaian seminar itu. Boleh jadi karena hal itu menyebabkan keengganan untuk
mengikuti seminar. Saya pribadi pernah mengikuti seminar, tetapi hanya menjadi
partisipan. Ketika itu seminar yang akan dilaksanakan mendapat makanan ringan
dan sertifikat. Seusai seminar, terkadang tidak selamanya sertifikat langsung
dibagikan pada rangkain akhir seminar. Adakalanya sertifikat akan dibagian pada
minggu pertama atau minggu kedua setelah seminar dilaksanakan. Tunggu-menunggu
ternyata sertifikat itu tidak juga diberikan.
Dari kejadian itu, saya lebih berhati-hati dengan begitu banyaknya
promosi-promosi oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan kegiatan seminar.
Perhatikan dulu secara saksama apakah oknum tersebut dapat dipercaya atau malah
hanya ingin kita ikut membayar, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan di
lapangan.
Selain itu, masalah yang terjadi saat mengikuti seminar adalah
seringnya penerapan waktu yang tidak tepat. Bukan menjadi rahasia lagi kalau
setiap pertemuan resmi semacam seminar memakan waktu 15 menit sampai 1 jam
lamanya waktu yang dindurkan. Banyak alasan-alasan yang mencuat. Keterlambatan
pembicara, ketidaksiapan panitia saat mengoordinasikan kegiatan, dan lain-lain.
Alasan-alasan itu semacam lumrah dan sudah biasanya. Budaya kita yang senang
diatur oleh waktu menyebabkan kita senang-senang saja akan hal itu. Padahal
seyogianya, kitalah yang berhak mengatur waktu itu.
Dan yang terakhir adalah dari para partisipannya, terkadang saya
sering mendengar dari teman-teman saya kalau mereka mengikuti seminar hanya
agar mendapatkan snack yang di sediakan atau sertifikat yang biasanya di
gunakan untuk menarik partisipan lebih banyak tapi di satu sisi itu juga bisa
menjadi bumerang, padahal fungsi seminar sendiri pada dasarnya untuk
mendapatkan pengetahuan yang baru. dan yang tidak jarang saya dengar adalah
terkadang seminar itu dijadikan pelampiasaan ketika kemalasan sedang melanda
dalam mengikuti kuliah yang seharusnya di lakukan, dan pelakunyapun kadang
membenarkan hal itu karena mereka berfikir baik mengikuti kuliah ataupun
mengikuti seminar mereka akan sama saja mendapatkan ilmu baru tanpa memikirkan
bahwasanya akademiklah harusnya yang di utamakan terlebih dahulu.
Pada akhirnya seorang
mahasiswa di nilai harus cakap dan terampil dalam seminar pendidikan disebabkan
karena kebutuhan pokok seorang mahasiswa dalam mempertanggung jawabkan karya
ilmiahnya. Mahasiswa yang kreatif dalam menyampaikan sebuah karya ilmiah adalah
mahasiswa yang benar-benar dapat mempertanggung jawabkan karya ilmiahnya,
kecakapan bebahasa atau retorika juga dapat menarik perhatian orang lain
mendengarkannya ketika ia berbicara untuk mendukung hasil karyanya. Maka
manfaatkanlah kegiatan seminar tersebut dengan sebaik-baiknya tapi tetap harus
mengatur waktu antara jadwal kuliah.
@AhmadAriefuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar