Sabtu, 10 Januari 2015

Pertanyaan menarik (Esay)

SEKOLAH MUSIK…? MAU JADI APA ?!!
(hal yang perlu diketahui oleh calon musisi, ortu calon musisi,
dan juga calon mertua musisi)

             Judul di atas adalah pertanyaan (atau lebih tepatnya reaksi) orang, baik itu orang tua, guru, saudara, sahabat, bahkan juga teman bermusik kita tatkala mereka  mengetahui bahwa kita memutuskan untuk melanjutkan sekolah di bidang musik. Hal tersebut dialami oleh banyak remaja (termasuk saya tentunya) yang hendak melanjutkan studi dan nantinya akan berprofesi di bidang musik.
            Banyak orang tua yang senang, bangga bahkan ambisius bila anaknya sering tampil di panggung, di televisi untuk bernyanyi dan bermain musik. Namun, ketika si anak tersebut berniat untuk serius dan berniat menjadikannya sebagai profesi, mereka dipastikan berpikir seribu kali, atau langsung terang-terangan menolak dengan tegas permintaan anaknya itu tanpa berpikir panjang.
            Orang tua jaman dulu (mungkin juga sampai jaman sekarang) beranggapan bahwa menjadi musisi itu berarti sama dengan masa depan suram alias miskin bin kere..!! Jadi…ketika anaknya memutuskan untuk serius dan akan berprofesi  di bidang musik, maka yang terbayang adalah masa depan anaknya akan suram. Anaknya ingin jadi seniman, orang tuanya jadi senewen!!
            Anak yang memiliki orang tua yang sudah berprofesi di musik atau cabang seni lainnya lebih beruntung, karena pada saat mereka akan mengikuti jejak orangtuanya untuk menjadi seniman biasanya orang tua tidak keberatan dan mempermasalahkannya. Namun bagi anak yang mempunyai orang tua yang berprofesi di bidang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan musik, tentunya ketidaksetujuan orang tua akan menjadi hambatan yang besar untuk menggapai cita-cita dan impiannya.
            Menjadi musisi / seniman sama dengan masa depan suram. Apa benar begitu…?? Anggapan kebanyakan orang terhadap profesi di bidang musik, tentu saja tidak salah, walaupun juga tidak sepenuhnya benar. Timbulnya anggapan tersebut salah satunya karena di negara kita musik dan kesenian secara umum,  hanya dianggap dan ditampilkan sebagai hiburan, hobi, main-main, senang-senang, hura-hura, jauh dari kesan serius, jauh dari bidang pendidikan, keilmuan, dan akademik. Sehingga kesan itulah yang tertanam pada sebagian besar masyarakat kita.
            Padahal, sebagaimana bidang yang lain, belajar musik juga membutuhkan keseriusan serta kerja keras (baca : rajin latihan). Dalam bidang seni, kesuksesan tidak akan bisa diraih hanya bermodalkan bakat semata. Saya melihat sendiri bagaimana teman-teman saya yang mempunyai tingkat musikalitas yang tinggi dan bakat yang besar pada akhirnya gagal karena malas berlatih dan merasa tidak perlu berlatih karena sudah mempunyai modal berupa bakat yang besar. Sebaliknya, mereka yang hanya bermodalkan bakat biasa-biasa aja, bahkan ada yang pas-pasan namun mempunyai semangat belajar dan kemauan yang kuat malah banyak yang “jadi” di bidang musik.
            Seperti profesi yang lain, profesi di bidang musik juga mempunyai beragam profesi selain sebagai musisi/player, diantaranya adalah sebagai, komposer, arranger, produser, manager, sound engineer, kritikus musik, dan yang paling banyak jumlahnya adalah sebagai guru musik (baik di kursusan maupun privat). Bagi yang berniat menjadi pegawai (swasta maupun negeri), lulusan sekolah/perguruan musik sangatlah dibutuhkan karena jumlahnya yang masih sangat minim jika dibandingkan dengan instansi/lembaga yang memerlukan tenaga mereka.
            Kalau kita mau hitung berapa jumlah guru musik pada SD, SMP, SMU yang bergelar sarjana musik? saya yakin prosentasenya pasti masih sangat sedikit.  Juga jumlah  anggota korps musik pada Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Darat, POLRI, dan juga Dinas Pemadam Kebakaran yang mengantongi ijazah SMK atau S1 musik. Belum lagi kebutuhan akan pegawai lulusan musik di departemen kebudayaan, departemen pendidikan dan sebagainya.
            Dengan kata lain, saya mau mengatakan bahwa peluang kerja untuk lulusan sekolah musik sangat terbuka lebar, bahkan sangat tidak sebanding antara jumlah kebutuhan yang masih banyak dengan SDM yang ada yang belum bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Jadi…gak ada yang perlu dikhawatirkan jika suatu saat kita, anak kita, keponakan kita, saudara kita, atau teman kita berniat untuk bersekolah musik.
            Sejak awal saya memutuskan untuk meneruskan studi di sekolah musik dan selanjutnya memilih profesi di bidang musik, didasari oleh prinsip bahwa apaun yang kita lakukan dengan serius dan total, serta dibarengi dengan usaha keras dan berdoa, niscaya berhasil.
            Mungkin apa yang sudah saya paparkan di atas masih banyak kekurangan dan kesalahan, dan hanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya. Mohon koreksi dan saran dari teman-teman yang membaca. Terima kasih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar