Kamis, 22 Januari 2015

Antara cinta dan benci (Part I)





Hari-hari ini jogja cuacanya panas banget, walaupun jarak yang harus aku tempuh menuju kampus gak terlalu jauh jika di tempuh dengan sepeda tapi karena panasnya cuaca rasa malas kadang mengajaku untuk bercinta di dalam kursi duduk ruang tamu sambil nonton tv. Sampai akhirnya aku teringat kalau kemaren aku baru beli modem baru, akhirnya pandangankupun beralih dari layar televisi menuju layar notebook yang ada di pangkuanku. Dan seperti remaja-remaja lainnya gairahku dalam dunia mayapun terobati dengan modem baru ini. Kalau aku si menggunakan internet untuk membuka akun facebook dan akun twitterku, kalau yang lainnya sepertinya aku masih males, ya seperti instagram, line, kakatalk dan lain-lain. Twitter dan facebook aja kadang bikin aku melupakan segala hal yang sedang aku kerjakan, seperti pada waktu itu ketika aku lagi masak mie goreng, karena aku berfikir kalau nunggu mie nya mengembang pasti lumayan lama akhirnya aku tinggalin itu kompor yang masih menyala bersama mie yang baru aku masak dan aku ke kursi ruang tamu untuk menyibukan diri dengan notebooku. Akun twitter yang sudah kubuka dan aku lihat ada 2 DM akhirnya membuatku terpaku dalam suasana obrolan di DM, sambil ketawa-ketawa sendiri seperti penghuni rumah sakit jiwa akupun mulai mencium bau gosong yang merayap di bulu hidungku. Awalnya si aku berfikir itu pasti tetangga lagi bakar sampah, tapi rupanya bau gosong itu mulai menendang-nendang sampai ketenggorokanku sampai akhirnya aku melihat asap hitam gelap keluar dari dapur. Aku langsung taruh itu notebook di meja dan melihat apa yang terjadi, ternyata aku telah terhipnotis oleh sihir kepo-kepoan di DM yang menyebabkan aku melupakan mie goreng yang sedang aku buat. Setelah aku mati’in itu kompor ,kalian tau gak itu mie goreng hasilnya kaya apa?. Coba deh kalian beli bubur terus di campur sama tinta spidol warna item terus di taburi aroma celana dalam yang sebulan belum belum di cuci, nah seperti itulah hasilnya. Apalagi di tambah dengan asap yang mengepul, asap kebarakan hutan di riau mungkin belum seberapa di bandingkan asap hasil mie goreng gosong ini.
                Yah itulah kejadian so sweet yang membuat aku susah move on. Gara-gara kepo-kepoan berselimut gombalan di DM membuatku melupakan mie goreng yang sedang aku buat. Tapi dari kejadian itulah akupun bisa mengambil hikmahnya. Dan di hari-hari berikutnya akupun melanjutkan obrolanku di DM dengan seorang mahasiswi yang aku kenal dari Twitter itu. Nama lengkap dia itu panjang jadi sebut saja dia itu silvi biar kelihatan keren. Tapi kalau dilihat dari foto-fotonya di akun twitternya sih lumayan juga. Dan si silvi ini adalah mahasiswi UGM semester 3 jurusan ilmu politik. walaupun dia sudah semester 3 tapi dia kelahiran februari 1996, sedangkan aku semester 1 tapi kelahiran 1995. Jadi aku sempat berfikir jangan-jangan antara aku dan dia itu mungkin mahasiswa yang tertukar, harusnya dia yang semester 1 terus aku yang semester 3. Satu bulan sudah obrolan kita berjalan dengan  kancar, tapi sampai saat ini kita belum pernah bertemu secara langsung, sampai akhirnya dia ngajak ketemuan.
                Hari rabu minggu depan kamu ada kuliah gak (Tanya dia di DM)
                Hari rabu aku full dari pagi sampe sore, kenapa ? (jawabku sambil nanya balik)
                Di UGM ada acara “mata najwa” , pingin nonton gak ? (jawab dia)
                Wah keren tuh, coba deh ntar aku fikir-fikir dulu (jawabku dalam kebimbangan)

BROSUR ACARA MATA NAJWA
              3 hari sebelum hari rabu yaitu hari minggu aku berfikir keras untuk menentukan pilihan berat ini. Apakah milih masuk kuliah karena hari rabu memang jadwalnya ada 3 mata kuliah. Atau milih nonton mata najwa bersama si silvi yang belum pernah ketemu secara langsung. Karena di tweet-tweet yang pernah aku lihat itu ada kata bijak yang bebunyi “hidup itu pilihan, dan setiap pilihan pasti ada resikonya, dan di balik resiko yang besar terselip pelajaran hidup yang indah”. Berpatokan dari kata-kata bijak itu akhirnya aku memilih untuk tidak masuk kuliah di hari rabu dan berniat untuk bertemu secara langsung dengan si silvi untuk pertama kalinya. Dan pada ke’esokan harinya yaitu pada hari senin akupun DM si silvi.
                Hari rabu gimana, jadi gak ? (tanyaku ke dia)
                Yah kamu kok baru sekarang bilangnya, kalau mau nonton mata najwa itu harus daftar sama panitianya dulu dari kemaren-kemaren (jawab dia )
                Terus gimana ? (sautku dengan hati yang kecewa)
ya sekarang pendaftaran penonton sudah di tutup ,besok tinggal penukaran tiketnya (jawab dia )
 
                karena niatku sudah bulat untuk memilih agar bisa bertemu secara langsung dengan si silvi akhirnya pada hari rabu pagi-pagi sekali aku mulai berfikir keras gimana supaya bisa masuk ke ruangan tempat acara mata najwa itu. Dalam perjalan menuju UGM waktu itu aku terus berfikir keras untuk merencanakan sesuatu agar bisa masuk tanpa menggunakan tiket. Sesampainya di GSP UGM, tempat di adakanya acara mata najwa disitu aku mulai mengelilingi gedung itu. Dalam keramaian aku terus berfikir sambil mondar mandir nyari celah demi bisa masuk ke dalam ruangan tempat di gelarnya acara mata najwa tersebut. Sampai akhirnya aku mulai putus asa dan berjalan menuju ke toilet. Di salam toilet aku mencuci muka sambil bercermin dan ngomong sama diri sendiri (hidup itu pilihan, dan setiap pilihan pasti ada resikonya, dan di balik resiko yang besar terselip pelajaran hidup yang indah). Dengan rasa putus asa akupun berjalan keluar dan berfikir untuk pulang saja. Belum juga aku melewati pintu toilet aku melihat baju putih bertulisakan “ mata najwa dalam memperingati hari anti korupsi” dan di bagian belakang baju itu bertuliskan “crew”. Aku lirik kanan kiri dan aku ambil baju putih tak berdosa itu dengan penuh kehati-hatian yang kemudian aku selipkan baju itu di jaket yang aku pakai saat itu.
                Berjalan agak cepat aku menjauh dari toilet itu, dan aku berdoa semoga di toilet tadi tidak ada camera tersembunyi. Sesampainya di luar aku melihat antrian panjang yang ternyata adalah para calon penonton yang sedang menunggu untuk masuk ke dalam ruangan tempat di gelarnya acara mata najwa. Dan alangkah kagetnya dari dalam tiba-tiba keluar rombongan orang yang berseragam sama dengan baju yang aku ambil dari toilet tadi. Dan ternyata rombongan itu adalah panitia dalam acara mata najwa tersebut. Tanpa berfikir panjang akupun mencari tempat yang aman untuk memakai baju yang aku ambil di toilet tadi yang ternyata adalah baju panitia itu untuk aku pakai. Selesai aku pakai dan dengan memasang muka gagahku sambil berjalan tegap aku  berjalan menuju pintu masuk tempat berkumpulnya para rombongan panitia tadi. Disitulah bakat terpendamku dalam berakting di mulai. Seolah bersikap sok sibuk akupun mulai membantu panitia untuk membagikan buku saku tentang korupsi dan satu topeng tikus yang di berikan kepada satu persatu penonton yang sudah mengantri. Setelah semua penonton sudah masuk ke dalam ruangan, dari belakang aku berjalan mengikuti penonton yang masuk terakhir menuju ruangan di gelarnya acara mata najwa tersebut.
                Tarikan nafas dalam-dalam dan dengan rasa lega akhirnya aku sampai di dalam ruangan tempat di gelarnya acara mata najwa tersebut. Setelah duduk di salah satu kursi di tribun atas akupun memakai jaket supaya tidak ada yang mengetahui kalau aku adalah panitia gadungan.
Di dalam suasana yang ramai aku tiba-tiba teringat pada si silvi dan akupun langsung membuka notebook dan untungnya di dalam ada fasilitas Wifi gratis yang membuat aku bisa membuka akun twitterku. Dengan harap-harap cemas akupun DM si silvi.
                Aku sekarang di dalam GSP, aku di tribun atas (DM ku ke dia 3 kali berturut-turut karena tidak ada balasan)
                Sampai akhirnya keajaiban datang, di DM ku yang ke empat harap-harap cemasku terpecahkan oleh balasan dari si silvi.
                Aku juga di tribun atas, aku di kursi paling depan dekat dengan operator sound sistem (balas si silvi)
                Sama, aku juga tidak jauh dari operator sound sistem nih, coba kamu berdiri (jawabku sambil mengarahkan dia untuk berdiri)

                Keajaiban kedua terjadi, sambil menengok kekiri kekanan dan ke belakang aku di kejutkan dengan satu cwe yang berjarak 3 kursi kosong di sebelah kananku yang tiba-tiba berdiri. Ketika aku memandang dia dalam diam diapun membalas pandanganku sambil berkata.
                Arief ? (ucap dia sambil menatapku)
                Iya ( jawabku sambil menahan rasa canggung)
                Kok kamu bisa masuk ? (tanya dia )
                Bisalah kan demi ketemu kamu (jawabku dengan gombalan ala anak remaja)

BINTANG TAMU MATA NAJWA             


  Disitulah awal pertemuan kami setelah sebulan lebih berkomunikasi melalui twitter. Dan seperti cwe secara umum si silvipun kalau sudah ngomong gak bisa diem ya gak beda jauhlah kaya ibu-ibu yang sedang arisan. karena rasa bahagia yang berkecambuk di hati membuat waktu itu seolah bergerak lebih cepat dari kereta api di jepang, yang membuat kami tak sadar bahwa acara mata najwa yang kita tonton sudah berakhir. Dalam perjalanan keluar dari ruangan itu kamipun melangkah tidak berjauhan. Sesampainya di luar kamipun menyempatkan untuk berjalan-jalan sambil ngobrol-ngobrol kecil. Sampai akhirnya kami memutuskan beristirahat sejenak di kantin yang tak jauh dari gelanggang UGM. Gelanggang adalah suatu lokasi dimana UKM di UGM di tempatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar