Senin, 02 Maret 2015

Sajak Rembulan Putih





Lapangan depan gedung Rektorat

Terlentang dalam hingar bingar keceriaan suasana sekitar
Aku memandang ke langit dengan penuh rasa
Rembulan yang masih berwarna putih di luasnya langit sore
Dikelilingi awan biru dan yang mulai berubah menjadi gelap

Tatapanku menoleh kekiri 
Melihat dua pasang remaja bermain bulu tangkis
Bayangan langsung terskenario dalam batin
Apakah aku kock yang terombang-ambing oleh pukulan raket

Dan kemudian tatapanku menuju kearah kanan
Pemuda dengan keringatnya sedang bermain sepak bola
Imajinasiku langsung tumbuh di dalam fikiran
Apakah aku bola yang terus terdorong kerasnya kaki-kaki

Tak lama aku kembali menatap langit
Menatap bulan yang masih tegar berdiri sindiri
Mengejar sang matahari yang terus menjauh
Betapa rutinitas yang tidak akan tergantikan

Sampai akhirnya aku merasa
Akulah sang bulan yang menjalani rutinitas
Betapapun aku mengejar sang matahariku
Upayaku hanyalah semua kejadian semu

Bulan mampu menerangi gelapnya malam
Terlebih dengan matahari yang memberi sejuta manfaat
Aku terus terinspirasi oleh pancaran sinar matahariku
Walaupun untuk menatapnya ia terus menjauh

Perjuangan ini hanyalah awal pembuktian
Akan rasa yang masih berwarna putih
Walaupun kadang ada dorongan untuk mengungkapkan
Tapi menahan rasa demi kesucian lebih elegan

Semoga rasa ini terjaga sampai akhir nanti
Seperti halnya sang rembulan
Dengan si Matahari yang penuh anugrah
Begitulah antara aku dan matahariku.



Rembulan putih



Tengah lapangan depan rektorat
UNNES Gunungpati
Sabtu petang 28 februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar