Kemajuan zaman yang membuat
manusia di mudahkan dengan segala sesuatu yang di inginkannya. Berasal dari
penemuan-penemuan yang telah lahir di era modern ini membuat manusia di anggap
harus mengikuti peradaban yang sudah berkembang dengan pesat. Dunia yang di
pandang terbelah oleh dua kelompok, yaitu kelompok timur dan kelompok barat.
Kelompok timur yang di bentengi oleh mesir dan kelompok barat yang di pimpim
oleh amerika. Semua itu agaknya sudah menjadi rahasia umum bagi siapapun dan
dimanapun manusia berada. Dan antara kelompok barat dan kelompok timur tak
jarang sering terjadi pertikaian baik secara langsung (fisik) ataupun secara
tidak langsung (non fisik). Pada akhirnya kitapun akan bertanya-tanya tentang
penyebab terbelahnya dunia ini menjadi dua kelompok.
Jika
kita coba melihat sejarah, dulu memang masih terjadi perluasan daerah kekuasaan
yang endingnya sering terjadi peperangan, dan sampai akhirnya hadirlah
pandangan tentang peperangan antara
kelompok barat dan kelompok timur. Kelompok timur yang pada waktu itu di pimpim
oleh Baginda Rasulullah SAW yang sampai saat ini menjadi teladan para kelompok
timur. Dan kelompok barat yang di pelopori oleh kaum yahudi. Pada saat itu
memang terjadi perang yang sangat terkenal saat ini, yaitu perang secara fisik,
kelompok timur yang jumlah lebih sedikit justru terus menang melawan kelompok
barat yang jumlah lebih banyak. Dari situlah timbul perdebatan di antara
pemimpin kelompok barat. Apakah akan terus melakukan peperangan secara fisik
melawan kelompok barat atau akan menyerah saja. Pada diskusi yang sangat sengit
itulah terjadi perpecahan di antara pimpinan kelompok barat, yaitu ada yang
memilih untuk melanjutkan peperangan melawan kelompok timur tapi ada pula yang
memilih untuk menyudahi peperangan tersebut. Dari perpecahan itulah dari
pengikut kelompok barat lebih banyak yang memilih untuk menyudahi perang. Namun
bukan berarti menyerah. Karena mereka secara diam-diam berhijrah kesuatu daerah
untuk mempelajari kenapa dengan jumlah sedikit kelompok timur justru selalu
menang dalam peperangan melawan kelompok barat yang jumlahnya lebih banyak.
Dengan modal ingin berbalas dendam untuk mengalahkan kelompok timur, sebagaian
kelompok barat yang memilih untuk berhijrah terus berusaha mencari tahu apa
yang di gunakan oleh para pengikut kelompok timur dalam memenangkan di setiap
peperangan melawan kelompok barat. Sampai akhirnya dengan perjuangan yang tidak
mudah para sebagian kelompok barat yang memilih untuk berhijrah tersebut
mengetahui apa yang membuat kelompok timur selalu bisa mengalahkan kelompok
barat. Para pemimpin kelompok timur itu akhirnya sepakat bahwa yang di gunakan
para kelompok timur itu adalah “Al-Qur’an”. Sejak saat itu pulalah para
pemimpin kelompok barat menemukan cara apa yang harus di lakukan untuk
mengalahkan kelompok timur, yaitu dengan menjauhkan para kelompok timur dengan
senjatanya tersebut yaitu Al-Qur’an. Kelompok barat sedikit demi sedikit terus
berusaha dan berjuang agar para kelompok timur jauh dari Al-Qur’an. Dan cara
yang di gunakan kelompok barat bukan secara fisik yaitu dengan menghancurkan
Al-Qur’an, namun dengan menghancurkan pemikiran pemuda-pemuda kelompok timur,
yaitu menyisipkan ajaran bahwa Al-Qur’an tidaklah penting. Sampai akhirnya kemajuan zamanpun di jadikan
alat untuk terus menghancurkan kelompok timur secara tidak langsung. Dimana
budaya barat terus tumbuh dan berkembang di kalangan pemuda kelompok timur yang
membuat para pemuda semakin jauh dari Al-Qur’an yang dulu di pakai sebagai alat
untuk mengalahkan kelompok barat. Dan sejak itu pulalah masa keemasan kelompok
timur terus runtuh karena pemudanya terus di cekoki oleh kesenangan dan
kemudahan yang di berikan oleh kelompok barat sebagai alat untuk menjauhkan
dari Al-Qur’an. Jadi intinya sekarang kelompok barat tidak perlu melakukan
perlawanan secara fisik atau melakukan perang untuk mengalahkan kelompok barat,
namun dengan mencekoki para pemuda kelompok timur dengan kesenangan dan
kemudahanlah kelompok timur terus runtuh dengan sendirinya. Kenapa yang di
cekoki para pemudanya, karena masa muda adalah masa dimana pencarian jati diri
jadi disitulah doktrin-doktrin melekat sampai akhirnya di jadikan acuhan dalam
menyelesaikan masalah. Cara berfikir yang telah di mainkan oleh kelompok barat
akhirnya membuat kelompok timur sekarang dalam masa krisis.
Seperti
yang saya ketahui di masa klasik dulu, seorang misonaris legendaris “Henry
Martyn”, mengatakan, “saya datang menemui umat islam, tidak dengan senjata
tapi dengan kata-kata, tidak dengan pasukan tapi dengan akal sehat, tidak
dengan kebencian tapi dengan cinta.” Ia berpendapat bahwa perang salib telah
gagal. Karena itu, untuk menaklukan dunia islam, dia menemukan resep: yaitu
gunakan “kata logika dan cinta”, bukan kekukatan senjata atau kekerasan. Misionaris
lainnya, “Raymond Lull” juga mengatakan hal senada, “kulihat banyak
ksatria pergi ketanah suci di seberang lautan, dan kupikir mereka akan
merebutnya dengan kekuatan senjata, tapi akhirnya semua hancur lebur sebelum
mereka mendapat apa yang tadinya ingin mereka rebut.”
Menurut
Eugene Stock, mantan sekretaris editor di “Church Missionary Society”,
tidak ada figur yang lebih heroik dalam sejarah Kristen dibandingan Raymond
Lull, kata Stock, adalah “misionaris pertama bahkan terhebat bagi kaum Mohammedans”
. itulah resep Lull ; Islam tidak dapat ditaklukan dengan “darah dan air mata”,
tetapi dengan “cinta kasih” dan do’a.
Ungkapan
Lull dan Martyn itu di ungkap oleh Samuel M. Zwemmer, misionaris Kristen
terkenal di timur tengah, dalam bukunya “Islam: A Challenge to Faith” (terbit
pertama tahun 1907). Di situ ia memberikan resep untuk menaklukan dunia Islam. Ia
menyebut bukunya sebagai “studies on the Mohammedian religion and the needs and
opportunities of the Mohammedan World form the standpoint of Cristian Missions”
Bagi para
misionaris Kristen ini, mengkristenkan kaum Muslim adalah satu keharusan. Jika tidak,
maka dunia pun akan di Islamkan. Dalam laporan tentang “Centenary Conference on
the Protestant Missions of the World” di london tahun 1888, tercatat ucapan Dr.
George F. Post, “kita harus menghadapi Pan-Islamisme dengan Pan-Evangelisme. Ini
pertarungan hidup dan mati.” Selanjutnya ia berpidato :
“...kita
harus masuk ke Arabia,, sudan, Asia tengah, dan kita harus mengkristenkan orang-orang
ini atau mereka akan berbaris melewati gurun-gurun pasir mereka, dan mereka
akan menyapu seperti api yang melahap kekristenan kita dan menghancurkannya.
Pada akhirnya
kekuatan kata yang dipadu dengan kasih seperti di ungkap Henry Martyn perlu mendapat
catatan serius. Konon seperti orang jawa sebagai mana menggunakan huruf jawa,
huruf jawa akan mati jika di pangku. Jika seseorang di bantu, dibiayayai, di
beri perhatian yang besar (kasih), maka hatinya akan luluh. Lihatlah sejarah
bagaimana kekuatan ide freedom dan liberalisme mampu menggulung sebuah imperium
besar bernama turki ustmani. Ketika kaum muslim tidak lagi memahami Islam
dengan baik, tidak meyakini Islam, dan menderita peyakit mental minder terhadap
perdapan barat, maka yang terjadi kemudian adalah upaya imitasi terhadap apa
saja yang dikaguminya.
Pada akhir
tulisan ini saya akan memberikan satu perkataan dari tokoh gerakan Turki muda
yang bernama Abdullah Cevdet, ia mengatakan “Yang ada hanya satu peradaban, dan
itu adalah peradaban eropa. Karena itu, kita harus meminjam peradaban barat,
baik bunga mawarnya yang kelihatan indah dilihat, maupun duri di batangnya yang
harus menusuk kita”.
Ahmad Ariefuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar