Masalah itu seperti nafas, ia
akan terus ada selama kita masih hidup. Dan begitu pulalah masalah yang pernah
aku hadapi waktu kelas 3 SMP. Sekitar tahun 2010 masehi, seperti siswa smp
kelas 3 pada umumnya akupun agaknya takut untuk menghadapi ujian nasional yang
di adakan pemerintah secara nasional. Apalagi waktu itu ujian nasional menjadi
satu-satunya syarat supaya siswa bisa dinyatakan lulus. Dan pemikiran yang di
pakai kebanyakan siswa saat itu adalah jika kita tidak lulus itu artinya
perjuangan yang di lakukan selama 3 tahun dari kelas 1 sampai kelas 3 akan
menjadi sia-sia. Mainsed yang sebenarnya kurang masuk akal dalam fikiranku saat
ini. Setelah 5 tahun kemudian aku menjalani kehidupan ini. Pemikiran yang dulu
aku pakai secara tidak langsung mengupayakan untuk mengejar selembar ijazah.
Walaupun ketika tidak lulus pemerintah sudah memberikan fasilitas Ujian paket
B, namun aku sebagai siswa yang masih berumur 15 tahun akan mengikuti
kebanyakan orang seumuranku saat itu, yaitu menganggab tidak lulus sebagai
sebuah aib. Lebih dari itu baik itu di perkampungan ataupun perkotaan ketika
ada seorang yang tidak lulus itu akan menjadi perbincangan utama dalam suatu
pertemuan. Entah itu di pasar, arisan, warung makan, dll.
Kemudian aku yang hidup di
lingkungan religius akhirnyapun menjadikan Tuhan sebagai pegangan ketika aku
sedang mengalami ketakutan, kesusahan dan kegelisahan. Dan itu juga yang aku
alami ketika akan menghadapi ujian nasional yang waktu itu agaknya menjadi
momok yang sangat menakutkan di fikiranku. Beberapa bulan sebelum ujian
nasional di sekolah di adakan shalat bersama, pengajian, dan di datangkan
seorang motivator. Semua itu hanya berlangsung ketika siswa sedang memasuki
kelas 3. Itupulalah yang menjadikan pemikiran siswa kelas 3 menjadi absurt dan
lebih-lebih membuat siswa menjadi stres. Kenapa juga kegiatan shalat bersama
itu harus di adakan sebelum ujian nasional dan berdo’a untuk mendapatkan
kemudahan dalam mengerjakan soal-soal ujian nantinya. Terus di datangkan
seorang motivator yang bertujuan untuk memotivasi siswa yang akan menghadapi
ujian nasional agar lebih rajin belajar, rajin membaca dan rajin bertanya
tentang pelajaran yang masih belum di pahami kepada gurunya. Mainsed saat itu
yang di pakai adalah ketika kita takut kita mengingat Tuhan, dan sebalikanya
dari kelas 1 sampai kelas 2 tidak ada kegiatan dari sekolahan yang religius
seperti itu. akhirnya banyak siswa yang tiba-tiba berubah sikapnya, yang
biasanya tidak sopan dengan gurunya ketika akan menghadapi ujian nasional ia
tiba-tiba sangat sopn. Yang dulunya jarang shalat tiba-tiba belum adzanpun sudah di masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar