Dalam
pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2000. Jika gabungan “demos” dan
“kratos” diartikan sebagai “pemerintah oleh rakyat” (government by the people),
maka seharusnya pemerintahan yang demokratis diindikasikan dengan dukungan
mayoritas rakyat terhadap pemerintah terpilih. Namun, itulah yang justru
terjadi pada kasus pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2000. Pada 5
desember 2000, Mahkamah Agung AS (US Supreme Court), memenangkan George W. Bush
atas calon demokrat, Al-Gore. Kasus ini telah memunculkan perdebatan sengit di
Amerika Serikat. Vincent Bugliosi, misalnya, ia menulis sebuah buku berjudul
The Constitution and Chose Our President. Bugliosi mengungkap sebuah realitas
ironis tentang demokrasi: “Pengkhianatan Amerika”. Bagaimana sebuah pemilihan
kepala negara terkuat dan negara demokrasi terbesar di dunia, akhirnya justru
diserahkan keputusannya kepada lima orang hakim di sebuah lembaga tinggi
negara. Padahal, popular vote (mayoritas suara rakyat), lebih banyak berpihak
kepada Gore. Dengan jumlah pemilih kurang dari 60% dari rakyat Amerika Serikat.
Maka faktanya, presiden Amerika Serikat
juga hanya didukung oleh minoritas rakyatnya. Pemenangan Bush oleh Mahkamah
Agung Amerika Serikat itu digambarkan Bugliosi sebagai “like the day of Kennedy
assassination”.
Setelah
Bush memangku jabatan Presiden Amerika Serikat, kontroversi demi kontroversi
terus merebak ke seluruh penjuru dunia. Apalagi, setelah Bush memerintahkan
tentaranya menduduki Irak, maret 2003. Belum pernah dalam sejarah, dunia
menyaksikan gelombang aksi unjuk rasa anti-Amerika Serikat yang begitu ramai di
berbagai penjuru dunia seperti pada tahun 2003. Sampai-sampai ribuan orang
warga Amerika Serikat sendiri harus ditahan, menyusul aksi mereka menentang serangan
Irak, di berbagai kota di Amerika Serikat. Kantor berita Associated Press, (21
maret 2003) melaporkan, lagu kebangsaan Amerika Serikat, The Star-Spangled
Banner, sudah dijadikan olok-olokan di kanada, menyusul merebaknya aksi puluhan
ribu orang di negara tetangga Amerika Serikat itu.
Semua
itu berpangkal dari otak dan lidah seseorang, Presiden AS, bernama George W.
Bush. Kamis 20 maret 2003, Presiden Bush mengumumkan perang terhadap irak,
setelah sebelumnya menempatkan ratusan ribu tentaranya di sekitar irak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar