Minggu, 26 April 2015

Hoby Sesat




            Malam minggu adalah malam yang sering di perdebatkan oleh para pemuda pemudi, ada yang mengkhususkan malam minggu untuk bisa berduaan dengan pacarnya dan sebaliknya ada juga yang menyamakan malam minggu seperti malam-malam biasa, atau bahkan ada kaum yang menjadikan malam minggu sebagai malam yang seharusnya ditiadakan karena malam itu terus mengusik hati pada pengikut kaum itu. ya kaum itu adalah kaum para pemuda yang gagal move on dan  iri dengan orang yang lagi berduaan dengan pacarnya masing-masing. Perdebatan malam minggu memang tidak ada habisnya antara kaum jomlo susah move on dan kaum pemuda yang sedang jalan di tempat yaitu para kaum pacaran. Tapi buat aku malam minggu adalah saat yang khusus untuk semakin mengakrapkan persahabatan di Madridista Jogja. Ya malam ini bakal ada persaingan yang lebih sengit dari pada persaingan antara kaum jomblo gagal move dan kaum jalan ditempat yaitu final liga champion antara Real Madrid dan Athletico Madrid. Di salah satu cafe layar lebar yang di sorot proyektor sudah di siapkan oleh para panitia. Dan dinginnya malam terkalahkan oleh panasnya persaingan antara dua club dari spanyol ini, di tambah dengan suguhan segelas kopi hangat yang di berikan secara gratis kepada semua member Madridista Jogja membuat suasana semakin membara. Teriakan-teriakan kencang yang terjadi di saat peluang di dapatkan terus menggema di area cafe ini. Tak peduli bahwa ini sudah menjelang pagi hari. Malam yang semakin sunyi menambah derita para madridista karena Real Madrid masih tertinggal 0-1. Sampai akhirnya di menit-menit akhirnya keajaiban itu datang. Ya gol beruntun yang terjadi di menit-menit akhir menjadikan Real Madrid akhirnya menjuarai Liga Champion. Kemenangan tim kesayangan di tambah persahabatan yang semakin akrab menjadi kado istimewa di malam minggu.
Setelah selesai nonton bareng  akupun langsung bergegas untuk pulang. Sebenarnya teman-teman yang lain ngajakin untuk konfoi, merayakan kemenangan Real Madrid di final liga champion ini tapi karena aku sudah ada janji sama temenku jadi akupun menolak ajakan teman Madridista jogja. Ya aku memang pendukung Real Madrid jadi akhirnya aku memilih untuk mendaftar sebagai member di Madridista Jogja, niatnya si buat nambah teman karena di tempat aku tinggal jarang banget ada pemuda seumuran jadi susah untuk bergaul atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Owhya setelah Real Madrid menang 3-1 dengan hati yang sangat bahagia aku bergegas mengayuh sepeda menuju condong catur, semalam aku di sms temanku, namanya firman, dulu dia pernah minjem buku jadi nanti mau di kembali’in tapi anehnya justru aku yang harus mengambil buku itu di kosnya dia. Tapi karena jarak antara tempat Nonton bareng dan kosnya dia tidak terlalu jauh akhirnya aku mengiyakan permintaan dia yang menyuruhku yang mengambil buku itu di kos dia. Sekitar lima menit perjalanan aku sudah berada di kos firman, kosnya itu satu rumah sama ibu kosnya jad aku tidak enak untuk mengetok pintunya. Tapi bagai sebuah keberuntungan tiba-tiab pintu rumah itu terbuka, dan sesosok laki-laki bertubuh kekar keluar, berkulit hitam, rambutnya keriting dengan sarung yang di pakainya sosok itu melangkah perlahan dengan tubuh yang tegap, langkah semakin dekat menuju aku yang sedang memandangan di pagar depan rumah. Setelah sosok itu membuka gerbang akupun mencoba bertanya.
            “om firman di dalam gak Pak?” tanyaku dengan wajah gugup
            “masuk saja, kamarnya gak ditutup kok” saut laki-laki dengan wajah ketus (cuek)
            Mendengar jawaban sosok laki-laki itu, yang agaknya masih mengantuk akupun bergegas masuk ke dalam rumah, sepedaku, aku senderkan di pohon nangka yang daunnya terus bersuara riuh tertepa angin. Berjalan masuk Aku sempat berfikir-fikir laki-laki tadi siapa ya? Apa bapak kos? Loh firman kan pernah bilang kalau bapak kosnya sudah meninggal sebulan setelah iya tinggal di kos, masak tadi arwah gentayangannya si bapak kos? Bulu kuduku tiba-tiba berdiri memberontak mendorong ku untuk segera lari. Tapi tidak, ini sudah sampai di kosnya firman kenapa harus pulang. Tepat di depan kamarnya firman, aku melihat dia sedang lelap tertidur, pintu kamar tidak di tutup mungkin karena dia memang sudah mempersiapkan kedatanganku. Seperti halnya kamar kos laki-laki begitupun dengan kamar kosnya firman, suasananya lebih mistis dari pada kuburan, bentuknya lebih kumuh dari pada rumah kardus para pengemis jalanan, di tambah dengan aroma kaos kaki yang tidak pernah di cuci dan celana dalam yang tergantung polos di belakang pintu. Ya begitulah hampir semua kamar kos laki-laki yang pernah kumasuki rata-rata bentuknya sama. Satu yang tidak mungkin di temukan di kamar kos laki-laki adalah jajanan. Beda dengan kos-kosan perempuan . makanya aku lebih suka mengerjakan tugas kuliah di kosnya perempuan dari pada di kosnya laki-laki karena jajanan pasti sudah di siapkan oleh para perempuan. Tapi di balik kekurangan si firman itu bagaimanapun dia adalah guru privatku dalam bidang ilmu sastra. Ya setelah pertemuan aku dan dia di sebuah acara bedah buku novel, aku dan firman jadi lebih sering bertemu, walaupun kita beda kampus tapi karena kita sering bertemu di toko buku. Ya kami memiliki hobi yang sama yaitu ke toko buku hanya untuk membacanya bukan untuk membelinya. Ini mungkin sebuah hobi yang paling di benci oleh para penulis karena kami adalah pencuri ide-ide di dalam buku yang mereka tulis dengan teliti tapi kemudia kami hanya membacanya tanpa membeli. Firman sendiri sangat suka membaca novel-novel beda dengan aku yang cenderung menyukai biografi. Dan berawal dari situlah aku mencoba untuk membaca novel yang sangat digemari oleh si firman. Walaupun awalnya susah untuk bisa di terima di logika fikiranku karena novel adalah salah satu karya sastra berbenturan dengan buku-buku biografi yang sangat aku sukai. Firman terus membujuku seupaya aku juga membaca novel , mulai dari dia meminjamkan koleksi novelnya ,firman juga tak jarang membacakan novel kesukaannya yaitu Laskar Pelangi, tapi semua usaha firman belum juga membuatku tertarik dengan novel.  Sampai akhirnya satu buku novel sastra yang pernah aku baca membuatku kagum, yaitu terjemahan novel sastra arab yang tidak sengaja aku baca di perpustakaan kampusku, aku lupa siapa penulisnya tapi di dalam novel itu menceritakaan tentang seorang perempuan paling cantik di perancis yang mejadi perebutan oleh semua lelaki. Disitulah perempuan yang kaya, cantik sekaligus baik itu mengalami dilema yang sangat luar biasa karena banyak pilihan yang dia temui.
            Itulah novel pertama yang membuatku tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang semua karya sastra. Dan firman yang kebetulan kuliah di jurusan sastra arab akhirnya aku pilih sebagai pelampiasan atas rasa ingin tahuku itu. dia sering meminjamkan koleksi novelnya, selalu mengajaku mengikuti acara bedah buku karya sastra, dan tak jarang mengajak aku untuk mengikuti seminar yang bertema kesastraan. Ada satu ilmu tambahan yang aku dapat dari si firman, dia pernah memberikan  pesan “kalau membaca jangan sambil tidur”. Ya itu adalah pesan dari dia yang sampai saat ini masih aku ingat, aku mengingat dan menjalankan pesan firman bukan karena dia lebih tua dari aku tapi karena dia sudah mengalami sendiri dampak dari pesan yang dia sampaikan itu. ya saat ini dia sering masuk rumah sakit untuk memeriksakan matanya yang minus (-) nya sudah semakin parah. Awalnya aku fikir kaca mata yang iya pakai hanyalah sebuah pemuas gengsu tapi itu salah karena dia memang matanya dia minus (-). Dan itu timbul karena kebiasaan dia membaca sambil tiduran. Aku si juga gak tau secara pasti yang menyebabkan matanya minus dan kini semakin parah itu karena memang membaca sambil tidur atau ada penyebab lain. Ya sampai saat ini aku belum yakin karena belum ada kepastian secara medis yang aku ketahui.
            Firmanlah yang mengjariku bahwa membaca adalah cara kita bersyukur terhadap apa yang telah Tuhan berikan kepada kita, karena firman Allah yang pertama di turunkan kepada Nabi Muhammad pun adalah perintah untuk iqra (bacalah). Bagi aku lebih dari itu aku juga menggunakan sebuah filosofi yang aku temui di raga ini. Yaitu kenapa Mulut itu Cuma ada satu sedangkan telinga ada dua dan begitupun dengan mata, kaki dan tangan. Disitulah aku menyimpulkan bahwa aku harus lebih banyak membaca dengan mata, mendengarkan dengan telinga, melangkah dengan kaki dan menulis dengan tangan, sedangkan seminimal mungkin aku menggunakan mulut untuk berbicara. Dan itu pula yang aku temukan dalam sebuah kata pepatah yang menyatakan bahwa mulutmu harimaumu, yaitu betapa berbahayanya sebuah mulut, bahkan mulutpun bisa membunuhmu seperti haramau sang raja hutan yang mampu untuk mencabik-cabik musuhnya dengan kukunya yang sangat tajam di tambah gigi yang mampu untuk merobek daging musuhnya atau bahkan kekuatan cengkramannya yang mampu untuk mematahkan tulang lawannya. dan kemudian ada juga tambahan sebuah kata pepatah yang menyatakan bahwa diam itu mas, yaitu jika kita tidak bisa berucap tentang kebaian maka diamlah, dan diamnya itu di artikan sebagai mas. Dan akupun pernah membaca sebuah syair arab tentang bahayanya kejahatan lisan.
Jagalah lisan dan berlindunglah
Dari kejahatan ucapan
Lisan musuh utama badan
Yang menyembelihnya tanpa tetesan darah
Dikala kamu berbicara
Timbanglah dengan segenap rasa
Mana yang baik dan mana pula yang dusta
Perhitungkanlah dengan waspada
Bagi kaum remaja
Berdiam diri, tak banyak bicara
Lebih mengantar dirimu
Menghindari kebahagiaan semu
Berdiam diri bahagia abadi
Berbicara, haruslah hati-hati.

Kemudian juga sebuah kalimat yang pasti pernah kita baca terutama di perpustakaan, yaitu membaca adalah jendela dunia. Itu adalah kalimat yang benar tapi bagiku membaca bukan hanya jendela dunia tapi lebih dari itu dengan membaca maka kita akan bisa keluar dari jendela dunia itu, karena dengan membacalah kita akan tau pengtahuan di luar dunia ini. Semisal pengetahuan tengan ilmu astronomi. Maka tak heran jika Bill Gates pendiri Microsoft menjadikan kalimat “buku adalah jendela dunia” sebagai dorongan awal untuk menciptakan aplikasi Windows yang artinya jendela.

#

            “ man, bangun man !!” kubangunkan firman dengan sedikit dorongan di punggungnya
            “ehhmmmm, ada apa? Tanya firman dengan wajah yang masih tertutup bantal
            “ini aku arief man” jawabku pelan
            “hah, heh kamu sudah disini” sontak kagetlah firman yang baru tidur dengan pulas
            “ sudah tidur lagi ........
            Belum juga aku selesa ngomong agar dia melanjutkan tidurnya lagi, tapi dia langsung memotong pembicaraanku itu.
            “Sory gan, tadi nglembur baca buku punyamu itu” jelas firman sambil mengucek mata yang masih merah
            Firman memang punya panggilan khusus kepadaku, yaitu gan, gan di ambil dari kata agan yang artinya panggilan pembeli kepada penjual. Ya dulu memang aku sering menawari firman untuk membeli buku yang aku jual. Makanya dia memutuskan untuk mengubah nama pemberian dari orang tuaku menjadi gan. Aku si pernah protes sama firman untuk tidak manggilku dengan sebutan gan lagi, karena sekarang aku sudah tidak menjual buku lagi. Dulu memang aku membeli buku di sebuah toko buku yang kemudian aku jual lagi kepada teman sekampus namun karena waktuku terkuras dengan aktivitas itu akhirnya aku memutuskan untuk berhenti.  Ya protesku kepada firman ternyata percuma, karena dia menjawab “aku sudah terbiasah gan, hanya kematian yang bisa menhentikan kebiasanku itu” itulah penjelasan firman sambil sedikit menyembunyikan tawanya. Akupun menyerah untuk menyuruh firman supaya tidak memanggilku gan lagi, lebih dari itu apa sih arti sebuah nama. Yang penting dia memberikan manfaat bagi kehidupanku karena sampai sekarang firman terus memberikan semua pengetahuan tentang sastra yang ia dapatkan di setiap mata kuliah yang ia dapatkan di kampusnya. Betapa bersyukurnya aku bisa mendapatkan mata kuliah sastra secara gratis bahkan dengan dosen dan aku sebagai mahasiswa satu-satunya karena firman selalu mengalirkan materi yang telah di sampaikan dosenya kepadaku di kamar kosnya.
             Heh man tadi aku melihat laki-laki berkulit hitam, bertubuh kekar berambut keriting keluar dari rumah ini” ceritaku ,menjelaskan apa yang aku lihat tadi sebelum masuk kos ini. “owh itu mahasiswa dari NTT yang kos disini juga” jawab firman sambil menyender di tembok kamarnya. “terus ngapain dia keluar jam segini?” tanyaku dengan memasang wajah serius. “dia itu pengurus mushola, jadi dia harus menyalakan lampu dan azdan “ jelas firman . ternyata dugaanku salah yang mengira bahwa orang itu adalah sosok gentayangan almarhum bapak kos. Ternyata orang itu adalah teman kosnya firman yang menjadi takmir di masjid tepat di depan kos ini. Pantesan dia make sarung. hebat hebat. Ternyata aku masih melihat dan memberikan penilaian terhadap seseorang hanya dengan melihat fisiknya saja, padahal itu keliru. Orang seperti itu yang sering dinilai sebaga orang jahat justru menjadi takmir mushola. Aku bertanya dengan diriku sendiri “harusnya aku bisa lebih dari dia bukan?”.
            Suara azan terdengar keras, memcah sunyinya malam. Azan subuh yang menusuk telingan sampai menyusup kehati. Rasa kantuk karena baru pulang nonton bareng terus menyuruhku agar tidur saja, terkalahkan oleh ajakan firman yang sudah menyediakan sarung. “ayo gan lets go” ajak firman sambil menarik tanganku yang masih tergulai di kasur. Melangkah menuju masjid bersama rasa kantuk yang masih saja menarik semangatku untuk menunaikan kewajibanku. Sampai akhirnya air wudlu membunuh rasa letih dan kantuk itu seperti bintang-bintang malam yang terbunuh oleh hadirnya pagi hari. Hanya terisa bintang kejora dan bulan yang semakin bersahabat. Begitupulalah aku dan firman , persahabatan kita bukan sekedar tentang membantu setiap masalah yang menerpa tapi juga saling menutupi kelemahan yang menjadikan kita bersatu dalam persahabatan sejati. Persahaban yang saling memberikan manfaat, motivasi, dan ilmu.
            Qomat tanda akan dimulai shalat subuh di serukan oleh laki-laki yang dari NTB itu, entah siapa aku juga belum mengenal namanya. Tapi yang pasti dia telah memberikan kesan tersindiri bagiku. “Allahuakbar” kekhusukan shalat terjaga dalam ruangan suci ini. Kekhusukan yang menjadikan diri ini semakin tidak berdaya di hadadapan Tuhan sang pencipta alam semesta ini. “Assalamu’alaikum Wr.Wb” satu dari lima kebutuhanku hari ini terpenuhi, yaitu shalat subuh. Aku tau , bahkan semua umat islam tau kalau shalat lima waktu itu wajib, tapi kenapa masih saja ada yang meninggalkanya. Menurut aku itu karena banyak yang menggunakan cara berfikir yang salah, yaitu bahwa shalat hanyalah sekedar meruntuhkan kewajiban, tapi aku menggunakan cara berfikir yang lebih dari itu. Menurutku shalat itu memang wajib tapi buat manusia shalat itu juga kebutuhan. Coba rasakan perbedaannya antara kita melakukan shalat hanya karena kewajiban atau kita melakukan shalat karena kewajiban sekaligus kebutuhan. Jika kita melakukan shalat hanya sekedar kewajiban maka kita akan merasa keberatan, tapi jika kita melaksanakan shalat karena kita itu butuh maka shalat itu akan terasa ringan karena disitu ada sebuah dorongan batin. Logikanya kita sebagai manusia pasti butuh makan, makan itu bukan hanya kewajiban tapi juga kebutuhan. Maka akhirnya manusia mempunyai dorongan untuk mencari rezeki demi memenuhi kebutuhan primer, yaitu makan. Kenapa shalat sebagai kebutuhan bagi manusia karena Tuhan tidak butuh shalat kita. Kemuliaan dan keagungan Tuhan tidak akan tergores sedikitpun walaupun semua umat tidak melakukan shalat, dan sebaliknya kemuliaan dan keagungan Tuhan tidak akan bertambah jika semua umat melakukan kewajibanya.


Ahmad Ariefuddin
Yogyakarta, 21 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar