Malam minggu adalah malam yang
sering di perdebatkan oleh para pemuda pemudi, ada yang mengkhususkan malam
minggu untuk bisa berduaan dengan pacarnya dan sebaliknya ada juga yang
menyamakan malam minggu seperti malam-malam biasa, atau bahkan ada kaum yang menjadikan
malam minggu sebagai malam yang seharusnya ditiadakan karena malam itu terus
mengusik hati pada pengikut kaum itu. ya kaum itu adalah kaum para pemuda yang
gagal move on dan iri dengan orang yang
lagi berduaan dengan pacarnya masing-masing. Perdebatan malam minggu memang
tidak ada habisnya antara kaum jomlo susah move on dan kaum pemuda yang sedang
jalan di tempat yaitu para kaum pacaran. Tapi buat aku malam minggu adalah saat
yang khusus untuk semakin mengakrapkan persahabatan di Madridista Jogja. Ya
malam ini bakal ada persaingan yang lebih sengit dari pada persaingan antara kaum
jomblo gagal move dan kaum jalan ditempat yaitu final liga champion antara Real
Madrid dan Athletico Madrid. Di salah satu cafe layar lebar yang di sorot
proyektor sudah di siapkan oleh para panitia. Dan dinginnya malam terkalahkan
oleh panasnya persaingan antara dua club dari spanyol ini, di tambah dengan
suguhan segelas kopi hangat yang di berikan secara gratis kepada semua member
Madridista Jogja membuat suasana semakin membara. Teriakan-teriakan kencang
yang terjadi di saat peluang di dapatkan terus menggema di area cafe ini. Tak
peduli bahwa ini sudah menjelang pagi hari. Malam yang semakin sunyi menambah
derita para madridista karena Real Madrid masih tertinggal 0-1. Sampai akhirnya
di menit-menit akhirnya keajaiban itu datang. Ya gol beruntun yang terjadi di
menit-menit akhir menjadikan Real Madrid akhirnya menjuarai Liga Champion.
Kemenangan tim kesayangan di tambah persahabatan yang semakin akrab menjadi
kado istimewa di malam minggu.
Setelah selesai nonton bareng
akupun langsung bergegas untuk pulang. Sebenarnya teman-teman yang lain
ngajakin untuk konfoi, merayakan kemenangan Real Madrid di final liga champion
ini tapi karena aku sudah ada janji sama temenku jadi akupun menolak ajakan
teman Madridista jogja. Ya aku memang pendukung Real Madrid jadi akhirnya aku
memilih untuk mendaftar sebagai member di Madridista Jogja, niatnya si buat
nambah teman karena di tempat aku tinggal jarang banget ada pemuda seumuran jadi
susah untuk bergaul atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Owhya setelah
Real Madrid menang 3-1 dengan hati yang sangat bahagia aku bergegas mengayuh
sepeda menuju condong catur, semalam aku di sms temanku, namanya firman, dulu
dia pernah minjem buku jadi nanti mau di kembali’in tapi anehnya justru aku
yang harus mengambil buku itu di kosnya dia. Tapi karena jarak antara tempat
Nonton bareng dan kosnya dia tidak terlalu jauh akhirnya aku mengiyakan
permintaan dia yang menyuruhku yang mengambil buku itu di kos dia. Sekitar lima
menit perjalanan aku sudah berada di kos firman, kosnya itu satu rumah sama ibu
kosnya jad aku tidak enak untuk mengetok pintunya. Tapi bagai sebuah
keberuntungan tiba-tiab pintu rumah itu terbuka, dan sesosok laki-laki bertubuh
kekar keluar, berkulit hitam, rambutnya keriting dengan sarung yang di pakainya
sosok itu melangkah perlahan dengan tubuh yang tegap, langkah semakin dekat
menuju aku yang sedang memandangan di pagar depan rumah. Setelah sosok itu
membuka gerbang akupun mencoba bertanya.
“om firman di dalam gak Pak?”
tanyaku dengan wajah gugup
“masuk saja, kamarnya gak ditutup
kok” saut laki-laki dengan wajah ketus (cuek)
Mendengar jawaban sosok laki-laki
itu, yang agaknya masih mengantuk akupun bergegas masuk ke dalam rumah,
sepedaku, aku senderkan di pohon nangka yang daunnya terus bersuara riuh
tertepa angin. Berjalan masuk Aku sempat berfikir-fikir laki-laki tadi siapa
ya? Apa bapak kos? Loh firman kan pernah bilang kalau bapak kosnya sudah
meninggal sebulan setelah iya tinggal di kos, masak tadi arwah gentayangannya
si bapak kos? Bulu kuduku tiba-tiba berdiri memberontak mendorong ku untuk
segera lari. Tapi tidak, ini sudah sampai di kosnya firman kenapa harus pulang.
Tepat di depan kamarnya firman, aku melihat dia sedang lelap tertidur, pintu
kamar tidak di tutup mungkin karena dia memang sudah mempersiapkan
kedatanganku. Seperti halnya kamar kos laki-laki begitupun dengan kamar kosnya
firman, suasananya lebih mistis dari pada kuburan, bentuknya lebih kumuh dari pada
rumah kardus para pengemis jalanan, di tambah dengan aroma kaos kaki yang tidak
pernah di cuci dan celana dalam yang tergantung polos di belakang pintu. Ya
begitulah hampir semua kamar kos laki-laki yang pernah kumasuki rata-rata
bentuknya sama. Satu yang tidak mungkin di temukan di kamar kos laki-laki
adalah jajanan. Beda dengan kos-kosan perempuan . makanya aku lebih suka
mengerjakan tugas kuliah di kosnya perempuan dari pada di kosnya laki-laki
karena jajanan pasti sudah di siapkan oleh para perempuan. Tapi di balik
kekurangan si firman itu bagaimanapun dia adalah guru privatku dalam bidang
ilmu sastra. Ya setelah pertemuan aku dan dia di sebuah acara bedah buku novel,
aku dan firman jadi lebih sering bertemu, walaupun kita beda kampus tapi karena
kita sering bertemu di toko buku. Ya kami memiliki hobi yang sama yaitu ke toko
buku hanya untuk membacanya bukan untuk membelinya. Ini mungkin sebuah hobi
yang paling di benci oleh para penulis karena kami adalah pencuri ide-ide di
dalam buku yang mereka tulis dengan teliti tapi kemudia kami hanya membacanya
tanpa membeli. Firman sendiri sangat suka membaca novel-novel beda dengan aku
yang cenderung menyukai biografi. Dan berawal dari situlah aku mencoba untuk
membaca novel yang sangat digemari oleh si firman. Walaupun awalnya susah untuk
bisa di terima di logika fikiranku karena novel adalah salah satu karya sastra
berbenturan dengan buku-buku biografi yang sangat aku sukai. Firman terus
membujuku seupaya aku juga membaca novel , mulai dari dia meminjamkan koleksi
novelnya ,firman juga tak jarang membacakan novel kesukaannya yaitu Laskar
Pelangi, tapi semua usaha firman belum juga membuatku tertarik dengan
novel. Sampai akhirnya satu buku novel
sastra yang pernah aku baca membuatku kagum, yaitu terjemahan novel sastra arab
yang tidak sengaja aku baca di perpustakaan kampusku, aku lupa siapa penulisnya
tapi di dalam novel itu menceritakaan tentang seorang perempuan paling cantik
di perancis yang mejadi perebutan oleh semua lelaki. Disitulah perempuan yang
kaya, cantik sekaligus baik itu mengalami dilema yang sangat luar biasa karena
banyak pilihan yang dia temui.
Itulah novel pertama yang membuatku
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang semua karya sastra. Dan firman
yang kebetulan kuliah di jurusan sastra arab akhirnya aku pilih sebagai
pelampiasan atas rasa ingin tahuku itu. dia sering meminjamkan koleksi
novelnya, selalu mengajaku mengikuti acara bedah buku karya sastra, dan tak
jarang mengajak aku untuk mengikuti seminar yang bertema kesastraan. Ada satu
ilmu tambahan yang aku dapat dari si firman, dia pernah memberikan pesan “kalau membaca jangan sambil tidur”. Ya
itu adalah pesan dari dia yang sampai saat ini masih aku ingat, aku mengingat
dan menjalankan pesan firman bukan karena dia lebih tua dari aku tapi karena
dia sudah mengalami sendiri dampak dari pesan yang dia sampaikan itu. ya saat
ini dia sering masuk rumah sakit untuk memeriksakan matanya yang minus (-) nya
sudah semakin parah. Awalnya aku fikir kaca mata yang iya pakai hanyalah sebuah
pemuas gengsu tapi itu salah karena dia memang matanya dia minus (-). Dan itu
timbul karena kebiasaan dia membaca sambil tiduran. Aku si juga gak tau secara
pasti yang menyebabkan matanya minus dan kini semakin parah itu karena memang
membaca sambil tidur atau ada penyebab lain. Ya sampai saat ini aku belum yakin
karena belum ada kepastian secara medis yang aku ketahui.
Firmanlah yang mengjariku bahwa
membaca adalah cara kita bersyukur terhadap apa yang telah Tuhan berikan kepada
kita, karena firman Allah yang pertama di turunkan kepada Nabi Muhammad pun
adalah perintah untuk iqra (bacalah). Bagi aku lebih dari itu aku juga
menggunakan sebuah filosofi yang aku temui di raga ini. Yaitu kenapa Mulut itu
Cuma ada satu sedangkan telinga ada dua dan begitupun dengan mata, kaki dan
tangan. Disitulah aku menyimpulkan bahwa aku harus lebih banyak membaca dengan
mata, mendengarkan dengan telinga, melangkah dengan kaki dan menulis dengan
tangan, sedangkan seminimal mungkin aku menggunakan mulut untuk berbicara. Dan
itu pula yang aku temukan dalam sebuah kata pepatah yang menyatakan bahwa
mulutmu harimaumu, yaitu betapa berbahayanya sebuah mulut, bahkan mulutpun bisa
membunuhmu seperti haramau sang raja hutan yang mampu untuk mencabik-cabik
musuhnya dengan kukunya yang sangat tajam di tambah gigi yang mampu untuk
merobek daging musuhnya atau bahkan kekuatan cengkramannya yang mampu untuk
mematahkan tulang lawannya. dan kemudian ada juga tambahan sebuah kata pepatah
yang menyatakan bahwa diam itu mas, yaitu jika kita tidak bisa berucap tentang
kebaian maka diamlah, dan diamnya itu di artikan sebagai mas. Dan akupun pernah
membaca sebuah syair arab tentang bahayanya kejahatan lisan.
Jagalah lisan dan berlindunglah
Dari kejahatan ucapan
Lisan musuh utama badan
Yang menyembelihnya tanpa tetesan darah
Dikala kamu berbicara
Timbanglah dengan segenap rasa
Mana yang baik dan mana pula yang dusta
Perhitungkanlah dengan waspada
Bagi kaum remaja
Berdiam diri, tak banyak bicara
Lebih mengantar dirimu
Menghindari kebahagiaan semu
Berdiam diri bahagia abadi
Berbicara, haruslah hati-hati.
Kemudian juga sebuah kalimat yang pasti pernah kita baca terutama
di perpustakaan, yaitu membaca adalah jendela dunia. Itu adalah kalimat yang
benar tapi bagiku membaca bukan hanya jendela dunia tapi lebih dari itu dengan
membaca maka kita akan bisa keluar dari jendela dunia itu, karena dengan
membacalah kita akan tau pengtahuan di luar dunia ini. Semisal pengetahuan
tengan ilmu astronomi. Maka tak heran jika Bill Gates pendiri Microsoft
menjadikan kalimat “buku adalah jendela dunia” sebagai dorongan awal untuk
menciptakan aplikasi Windows yang artinya jendela.
#
“ man, bangun man !!” kubangunkan
firman dengan sedikit dorongan di punggungnya
“ehhmmmm, ada apa? Tanya firman
dengan wajah yang masih tertutup bantal
“ini aku arief man” jawabku pelan
“hah, heh kamu sudah disini” sontak
kagetlah firman yang baru tidur dengan pulas
“ sudah tidur lagi ........
Belum juga aku selesa ngomong agar
dia melanjutkan tidurnya lagi, tapi dia langsung memotong pembicaraanku itu.
“Sory gan, tadi nglembur baca buku
punyamu itu” jelas firman sambil mengucek mata yang masih merah
Firman memang punya panggilan khusus
kepadaku, yaitu gan, gan di ambil dari kata agan yang artinya panggilan pembeli
kepada penjual. Ya dulu memang aku sering menawari firman untuk membeli buku yang
aku jual. Makanya dia memutuskan untuk mengubah nama pemberian dari orang tuaku
menjadi gan. Aku si pernah protes sama firman untuk tidak manggilku dengan
sebutan gan lagi, karena sekarang aku sudah tidak menjual buku lagi. Dulu
memang aku membeli buku di sebuah toko buku yang kemudian aku jual lagi kepada teman
sekampus namun karena waktuku terkuras dengan aktivitas itu akhirnya aku
memutuskan untuk berhenti. Ya protesku
kepada firman ternyata percuma, karena dia menjawab “aku sudah terbiasah gan,
hanya kematian yang bisa menhentikan kebiasanku itu” itulah penjelasan firman
sambil sedikit menyembunyikan tawanya. Akupun menyerah untuk menyuruh firman
supaya tidak memanggilku gan lagi, lebih dari itu apa sih arti sebuah nama.
Yang penting dia memberikan manfaat bagi kehidupanku karena sampai sekarang
firman terus memberikan semua pengetahuan tentang sastra yang ia dapatkan di
setiap mata kuliah yang ia dapatkan di kampusnya. Betapa bersyukurnya aku bisa
mendapatkan mata kuliah sastra secara gratis bahkan dengan dosen dan aku
sebagai mahasiswa satu-satunya karena firman selalu mengalirkan materi yang
telah di sampaikan dosenya kepadaku di kamar kosnya.
Heh man tadi aku melihat laki-laki berkulit
hitam, bertubuh kekar berambut keriting keluar dari rumah ini” ceritaku
,menjelaskan apa yang aku lihat tadi sebelum masuk kos ini. “owh itu
mahasiswa dari NTT yang kos disini juga” jawab firman sambil menyender di
tembok kamarnya. “terus ngapain dia keluar jam segini?” tanyaku dengan memasang
wajah serius. “dia itu pengurus mushola, jadi dia harus menyalakan lampu dan
azdan “ jelas firman . ternyata dugaanku salah yang mengira bahwa orang itu
adalah sosok gentayangan almarhum bapak kos. Ternyata orang itu adalah teman
kosnya firman yang menjadi takmir di masjid tepat di depan kos ini. Pantesan
dia make sarung. hebat hebat. Ternyata aku masih melihat dan memberikan
penilaian terhadap seseorang hanya dengan melihat fisiknya saja, padahal itu
keliru. Orang seperti itu yang sering dinilai sebaga orang jahat justru menjadi
takmir mushola. Aku bertanya dengan diriku sendiri “harusnya aku bisa lebih
dari dia bukan?”.
Suara azan terdengar keras, memcah
sunyinya malam. Azan subuh yang menusuk telingan sampai menyusup kehati. Rasa
kantuk karena baru pulang nonton bareng terus menyuruhku agar tidur saja,
terkalahkan oleh ajakan firman yang sudah menyediakan sarung. “ayo gan lets go”
ajak firman sambil menarik tanganku yang masih tergulai di kasur. Melangkah
menuju masjid bersama rasa kantuk yang masih saja menarik semangatku untuk
menunaikan kewajibanku. Sampai akhirnya air wudlu membunuh rasa letih dan
kantuk itu seperti bintang-bintang malam yang terbunuh oleh hadirnya pagi hari.
Hanya terisa bintang kejora dan bulan yang semakin bersahabat. Begitupulalah
aku dan firman , persahabatan kita bukan sekedar tentang membantu setiap
masalah yang menerpa tapi juga saling menutupi kelemahan yang menjadikan kita
bersatu dalam persahabatan sejati. Persahaban yang saling memberikan manfaat,
motivasi, dan ilmu.
Qomat tanda akan dimulai shalat
subuh di serukan oleh laki-laki yang dari NTB itu, entah siapa aku juga belum
mengenal namanya. Tapi yang pasti dia telah memberikan kesan tersindiri bagiku.
“Allahuakbar” kekhusukan shalat terjaga dalam ruangan suci ini. Kekhusukan yang
menjadikan diri ini semakin tidak berdaya di hadadapan Tuhan sang pencipta alam
semesta ini. “Assalamu’alaikum Wr.Wb” satu dari lima kebutuhanku hari ini
terpenuhi, yaitu shalat subuh. Aku tau , bahkan semua umat islam tau kalau
shalat lima waktu itu wajib, tapi kenapa masih saja ada yang meninggalkanya.
Menurut aku itu karena banyak yang menggunakan cara berfikir yang salah, yaitu
bahwa shalat hanyalah sekedar meruntuhkan kewajiban, tapi aku menggunakan cara
berfikir yang lebih dari itu. Menurutku shalat itu memang wajib tapi buat
manusia shalat itu juga kebutuhan. Coba rasakan perbedaannya antara kita
melakukan shalat hanya karena kewajiban atau kita melakukan shalat karena
kewajiban sekaligus kebutuhan. Jika kita melakukan shalat hanya sekedar
kewajiban maka kita akan merasa keberatan, tapi jika kita melaksanakan shalat
karena kita itu butuh maka shalat itu akan terasa ringan karena disitu ada
sebuah dorongan batin. Logikanya kita sebagai manusia pasti butuh makan, makan
itu bukan hanya kewajiban tapi juga kebutuhan. Maka akhirnya manusia mempunyai
dorongan untuk mencari rezeki demi memenuhi kebutuhan primer, yaitu makan.
Kenapa shalat sebagai kebutuhan bagi manusia karena Tuhan tidak butuh shalat
kita. Kemuliaan dan keagungan Tuhan tidak akan tergores sedikitpun walaupun
semua umat tidak melakukan shalat, dan sebaliknya kemuliaan dan keagungan Tuhan
tidak akan bertambah jika semua umat melakukan kewajibanya.
Ahmad
Ariefuddin
Yogyakarta,
21 April 2015