Sekolah-sekolah
bersaing keras satu sama lain demi mencapai kualifikasi tertinggi sesuai dengan
alat ukur yang ditetapkan oleh pemerintah; runag-ruang kelas mirip pabrik untuk
memproduksi sumber daya manusia yang akan djual di pasar tenaga kerja; guru-guru
yang sibuk mempersiapkan, melaksanakan dan memeriksa hasil tes yang makin lama
makin canggih; para siswa yang mengarahkan seluruh perhatiannya untuk lulus
dalam tes-tes itu dengan ukuran kelulusan yang makin lama makin berat. Guru tidak
lagi mendidik, ia hanya mengajar. Suasana sekolah yang menyenangkan,
menggairahkan, dan membosankan. Dari lembaga pendidikan keluarlah orang-orang
yang mengubah kearifan menjadi informasi, masyarakat menjadi pasar, agama
menjadi komoditas, politik menjadi rekayasa, dan kesetiakawanan menjadi
nepotisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar