Otoritas
di Kadipaten Pakualaman terpelihara dari lintas generasi. Pertama yaitu :
1. Pangeran Notokusumo (1813-1829)
Beliau naik
tahta menjadi Pangeran Adipati Paku Alam I. Pendiri wangsa Pakualaman yang lahir
pada 1760 ini adalah peletak dasar kebudayaan Jawa dalam Kadipaten Pakualaman.
Kepada para putra sentana, PA I memberi pelajaran sains dan tata negara.
Beberapa karya sastranya adalah: Kitab Kyai Sujarah Darma Sujayeng Resmi
(Syair), Serat Jati Pustaka (sastra suci), Serat Rama (etika), dan Serat
Piwulangan (etika), Ia wafat pada 19 Desember 1829.
2. Sri Paku Alam II (1829-1858)
Beliau adalah
seorang pengembang kebudayaan yang berhasil membuat Pakualaman di kenal sebagai
pusat kesenian. Saat itu, musik dan drama modern juga diadopsi oleh Pakualaman.
Di samping menulis Serat Barata Yuda, PA II juga turut menulis Serat Dewaruci
bersama ayahandanya PA I. Ia wafat pada 23 juli 1858.
3. Sri Paku Alam III (1858-1864)
Beliau bergelar
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sastraningrat I. Beliau adalah seorang
pujangga besar. Tiga karyanya yang penting adalah Serat Darma Wirayat, Serat
Piwulang, dan Serat Abiya Yusup. Ia lahir pada 19 Desember 1858 dan wafat pada
17 Oktober 1864.
4. Sri Paku Alam IV (1864-1878)
Beliau bergelar Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Surya Sastraningrat II. PA IV menaruh minat pada
pendidikan dan kesenian (tari dan wayang). Ia mengirim para abd dalem ke Solo
untuk belajar di sekolah guru dan ke Jakarta untuk belajar di sekolah
keperawatan. Ia menciptakan tarian beksan Floret (tarian dengan pedang) dan
beksan Schermen (stilisasi tari-tarian Eropa).
5. Sri Paku Alam V (1878-1900)
Beliau mempunyai
beberapa gelar, pertama ia bergelar K.P.H. Suryadilaga. Sejak 20 Maret 1878 ia
bergelar Gusti Pangeran Suryadilaga . sejak 10 Oktober 1878 ia naik tahta dan
bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam V. Ia adalah pelopor
modernisasi di lingkungan kerabat Pakualaman. Pertama, ia meningkatkan taraf
pendidikan dengan menyekolahkan Kerabat Pakualaman ke Sekolah Belanda. Kedua,
ia mereformasi sistem ekonomi Pakualaman. Ketiga, ia mengembangkan sistem
keamanan Pakualaman dengan membuat sebuah legiun. Pada 20 maret 1882, ia
mendapat pangkat Kolonel dan memperoleh bintang Ridderkruis van den
Nederlandschen Leeuw. Keempat, ia memodifikasi cerita-cerita tradisional untuk
pementasan musik drama. Ia wafat pada 6 November 1900.
6. Sri Paku Alam VI (1901-1902)
Beliau naik
tahta pada 11 April 1901. Sayang, ia tidak lama memrintah karena menderita
sakit dan akhirnya mangkat (meninggal) pada 19 juni 1902. Selanjutnya, sampai
pada 17 Desember 1906, pemerintah Kadipaten Pakualaman ditangani oleh Raad Van
Beheer over de Pakoe Alamsche Zeken yang diketahui oleh Residen R.J. Couperus.
Dalam keseharian, pemerintah itu di jalankan oleh tim yang terdiri dari K.P.H.
Sasraningrat, K.P.H. Natadiraja, P.H. Van Der Moore, dan Asisten Residen Kulon
Progo.
7. Sri Paku Alam VII (1906-1937)
Beliau naik
tahta pada 17 Desember 1906 dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Suryadilaga. Sejak 1921, Ia bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku
Alam VII. Pemimpin yang cerdas, rajin, maju, terbuka, dan humanis ini sangat
memerhatikan pembangunan modern. Ia memajukan daerah Kulon Progo dengan
membangun jembatan, bendungan, pasar-pasar, sekolah-sekolah, irigasi, rumah
dinas, pabrik gula (di Sewugalur), dan kebun bibit. Untuk memajukan
perekonomian rakyat, ia membangun Bank Kelurahan yang menolong masyarakat bawah
dalam hal permodalan. Dalam bidang pendidikan, ia menjadi ketua perkumpulan
amal Pengajaran Neutrale Onderwijs Stichting. Ia wafat pada 16 Februari 1937.
8. Sri Paku Alam VIII
Sri Paku Alam
VIII yang menjadi Wakil Gubernur DIY yang pertama adalah seorang raja yang
sejak kecil sudah bergaul dengan kehidupan di luar tembok keraton. Keberpihakannya
kepada rakyat banyak terlihat dari gaya bahasanya yang halus kepada rakyat
jelata. bersamaSri Sultan HB IX, Paku Alam VIII adalah pemimpin di Yogya yang
sangat besar perannya. Pada 1950, ia memangku jabatan sebagai Gubernur Militer
Istimewa III Yogyakarta. Setelah Sri Sultan HB IX wafat sampai sebelum Sri
Sultan X menjadi Gubernur DIY, Sri Paku Alam VIII memimpin DIY sebagai Pejabat
Gubernur.
9. Sri Paku Alam
Beliau yang saat
ini bertahta dan sekarang menjadi Wakil Gubernur DIY adalah sosok raja dan pemimpin
yang berjiwa kerakyatan. Ia berpenampilan sederhana dan senantiasa dekat dengan
rakyat. Pada waktu-waktu di luar jam kerjanya, ia sering berpegian dengan
mengendarai sepeda motor untuk mengunjungi rakyat, memberi motifasi, menampung
aspirasi, dan memberi dukungan untuk berkarya. Ia dikenal sebagai seorang
pekerja keras sejak masa mudanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar