Senin, 01 Juni 2015

Kepemimpinan Sri Paku Alam di Kadipaten Pakualaman




                Otoritas di Kadipaten Pakualaman terpelihara dari lintas generasi. Pertama yaitu :
1.       Pangeran Notokusumo (1813-1829)
Beliau naik tahta menjadi Pangeran Adipati Paku Alam I. Pendiri wangsa Pakualaman yang lahir pada 1760 ini adalah peletak dasar kebudayaan Jawa dalam Kadipaten Pakualaman. Kepada para putra sentana, PA I memberi pelajaran sains dan tata negara. Beberapa karya sastranya adalah: Kitab Kyai Sujarah Darma Sujayeng Resmi (Syair), Serat Jati Pustaka (sastra suci), Serat Rama (etika), dan Serat Piwulangan (etika), Ia wafat pada 19 Desember 1829.
2.       Sri Paku Alam II (1829-1858)
Beliau adalah seorang pengembang kebudayaan yang berhasil membuat Pakualaman di kenal sebagai pusat kesenian. Saat itu, musik dan drama modern juga diadopsi oleh Pakualaman. Di samping menulis Serat Barata Yuda, PA II juga turut menulis Serat Dewaruci bersama ayahandanya PA I. Ia wafat pada 23 juli 1858.
3.       Sri Paku Alam III (1858-1864)
Beliau bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sastraningrat I. Beliau adalah seorang pujangga besar. Tiga karyanya yang penting adalah Serat Darma Wirayat, Serat Piwulang, dan Serat Abiya Yusup. Ia lahir pada 19 Desember 1858 dan wafat pada 17 Oktober 1864.
4.       Sri Paku Alam IV (1864-1878)
Beliau bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sastraningrat II. PA IV menaruh minat pada pendidikan dan kesenian (tari dan wayang). Ia mengirim para abd dalem ke Solo untuk belajar di sekolah guru dan ke Jakarta untuk belajar di sekolah keperawatan. Ia menciptakan tarian beksan Floret (tarian dengan pedang) dan beksan Schermen (stilisasi tari-tarian Eropa).
5.       Sri Paku Alam V (1878-1900)
Beliau mempunyai beberapa gelar, pertama ia bergelar K.P.H. Suryadilaga. Sejak 20 Maret 1878 ia bergelar Gusti Pangeran Suryadilaga . sejak 10 Oktober 1878 ia naik tahta dan bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam V. Ia adalah pelopor modernisasi di lingkungan kerabat Pakualaman. Pertama, ia meningkatkan taraf pendidikan dengan menyekolahkan Kerabat Pakualaman ke Sekolah Belanda. Kedua, ia mereformasi sistem ekonomi Pakualaman. Ketiga, ia mengembangkan sistem keamanan Pakualaman dengan membuat sebuah legiun. Pada 20 maret 1882, ia mendapat pangkat Kolonel dan memperoleh bintang Ridderkruis van den Nederlandschen Leeuw. Keempat, ia memodifikasi cerita-cerita tradisional untuk pementasan musik drama. Ia wafat pada 6 November 1900.
6.       Sri Paku Alam VI (1901-1902)
Beliau naik tahta pada 11 April 1901. Sayang, ia tidak lama memrintah karena menderita sakit dan akhirnya mangkat (meninggal) pada 19 juni 1902. Selanjutnya, sampai pada 17 Desember 1906, pemerintah Kadipaten Pakualaman ditangani oleh Raad Van Beheer over de Pakoe Alamsche Zeken yang diketahui oleh Residen R.J. Couperus. Dalam keseharian, pemerintah itu di jalankan oleh tim yang terdiri dari K.P.H. Sasraningrat, K.P.H. Natadiraja, P.H. Van Der Moore, dan Asisten Residen Kulon Progo.
7.       Sri Paku Alam VII (1906-1937)
Beliau naik tahta pada 17 Desember 1906 dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryadilaga. Sejak 1921, Ia bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VII. Pemimpin yang cerdas, rajin, maju, terbuka, dan humanis ini sangat memerhatikan pembangunan modern. Ia memajukan daerah Kulon Progo dengan membangun jembatan, bendungan, pasar-pasar, sekolah-sekolah, irigasi, rumah dinas, pabrik gula (di Sewugalur), dan kebun bibit. Untuk memajukan perekonomian rakyat, ia membangun Bank Kelurahan yang menolong masyarakat bawah dalam hal permodalan. Dalam bidang pendidikan, ia menjadi ketua perkumpulan amal Pengajaran Neutrale Onderwijs Stichting. Ia wafat pada 16 Februari 1937.
8.       Sri Paku Alam VIII
Sri Paku Alam VIII yang menjadi Wakil Gubernur DIY yang pertama adalah seorang raja yang sejak kecil sudah bergaul dengan kehidupan di luar tembok keraton. Keberpihakannya kepada rakyat banyak terlihat dari gaya bahasanya yang halus kepada rakyat jelata. bersamaSri Sultan HB IX, Paku Alam VIII adalah pemimpin di Yogya yang sangat besar perannya. Pada 1950, ia memangku jabatan sebagai Gubernur Militer Istimewa III Yogyakarta. Setelah Sri Sultan HB IX wafat sampai sebelum Sri Sultan X menjadi Gubernur DIY, Sri Paku Alam VIII memimpin DIY sebagai Pejabat Gubernur.
9.       Sri Paku Alam
Beliau yang saat ini bertahta dan sekarang menjadi Wakil Gubernur DIY adalah sosok raja dan pemimpin yang berjiwa kerakyatan. Ia berpenampilan sederhana dan senantiasa dekat dengan rakyat. Pada waktu-waktu di luar jam kerjanya, ia sering berpegian dengan mengendarai sepeda motor untuk mengunjungi rakyat, memberi motifasi, menampung aspirasi, dan memberi dukungan untuk berkarya. Ia dikenal sebagai seorang pekerja keras sejak masa mudanya.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar