Pada
suatu saat ketika Einstein diminta mendefinisikan Tuhan, ia memberikan
jawabannya secara alegoris berikut ini :
Saya
bukanlah seorang ateis, dan saya tidak berfikir saya dapat menyebut diri saya
sebagai panteis. Kita ini dalam kedudukan seperti anak kecil yang memasuki
perpustakaan yang sangat luas penuh dengan buku dalam berbagai bahasa. Sang
anak tahu seorang pasti telah menulis buku-buku tersebut. Hanya tidak tahu
bagaimana. Ia tidak tahu bahasa yang digunakan untuk menulis semua itu. sang anak
sedikit menduga ada sebuah tatanan misterius dalam penyusunan buku-buku itu
namun tak tahu apa itu. sepertinya buat saya tampak bahwa itulah sikap orang
terhadap Tuhan betapapun tinggi intelegensinya. Kita lihat betapa mengagumkan
semesta ini di tata dan patuh pada hukum-hukum tertentu namun kita hanya mampu
sedikit memahami hukum itu. pikiran kita yang terbatas ini mampu menangkap daya
yang misterius yang menggerakan bintang-bintang. Saya sangat terpesona dengan
pantaisme Spinoza, namun saya lebih mengagumi sumbanannya pada pemikiran modern
karena dia adalah filsuf pertama yang membahas jiwa dan tubuh dalam kesatuan,
dan bukan sebagai dua hal yang terpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar