Minggu, 20 September 2015

YANG PERTAMA MASUK SURGA



                Alkisah, di depan pintu surga kelak menurut Nabi SAW. Akan ada empat manusia yang hendak masuk surga terlebih dahulu. Dasar manusia, mereka saling berbuat siapa yang mula-mula berhak masuk surga pertama kali. Karena Malaikat Ridlwan tidak dapat mengambil keputusan, turunlah Malaikat Jibril ditugaskan sebagai hakim. Di antara mereka yang ingin masuk surga terlebih dahulu ialah Pahlawan yang berjihad di jalan Allah, orang kaya yang dermawan, haji yang mabrur, dan orang alim yang saleh.
                Salah satu dari mereka di panggil ke muka dan di tanya, “Dengan sebab apa engkau akan masuk surga tanpa disiksa?”
                Orang itu menjawab, “Saya seorang pahlawan yang mati syahid di medan perang karena membela agama.”
                Jibril berkata, “Dari mana kau tahu bahwa pahlawan yang mati syahid bakal masuk surga tanpa dihisap?”
                Pahlawan menjawab, “Dari guru saya, orang alim.”
                “Kalau begitu, jagalah akhlak yang baik. Biarkan gurumu yang alim itu masuk surga lebih dahulu,” ucap Malaikat Jibril.
                Pahlawan itupun menunduk menyadari ketidaksopanannya.

                Lalu dipanggil pula haji mabrur, yang ikhlas dan tidak cacat dalam melaksanakan ibadahnya. Ia di tanya oleh jibril, “Siapa engkau? Dan apa amal baikmu di dunia hingga mau masuk surga lebih dulu?’
                Haji itu menjawab,”Saya seorang haji yang mabrur. Sesuai dengan janji Rasulullah, tidak balasan yang setimpal bagi saya kecuali surga.
                “Betul, begitulah janji Nabi bahkan sejalan dengan wahyu Allah. Tetapi, dari mana engkau tahu bahwa Rasulullah pernah berjanji seperti itu?”
                “Dari guru saya, orang alim,” sahut sang haji.
                “Dari orang alim itu katamu? Mengapa engkau tidak menjaga adab dengan membiarkan orang alim itu masuk surga terleih dahulu?”
                Haji itupun mundur menginsyafi kekeliruannya. Sesudah itu maju pula orang kaya yang dermawan, yang sebagian banyak hartanya disedekahkan di jalan kebaikan.
                “Engkau ingin yang pertama masuk surga? “Tanya jibril
                “Benar. Saya mau masuk surga duluan, karena itu merupakan hak saya.”
                “Apa yang kamu lakukan di dunia ketika engkau masih hidup hingga punya argumen seperti itu?” tanya Jibril lagi.
                “Saya adalah seorang hartawan. Kekayaan saya itu saya dapatkan melalui jalan yang halal, saya pperoleh dengan kerja keras dan berhemat. Tetapi, sesudah terkumpul banyak, harta saya tidak saya pergunakan secara foya-foya di tempat maksiat, dan tidak juga hanya saya belanjakan untuk diri sendiri serta keluarga saya, tetapi sebagian besar saya belanjakan untuk menolong masyarakat, untuk menunjang kebaikan dan berjuang di jalan Allah.”
                “Dari siapa engkau mendapat tahu bahwa semua yang kau lakukan itu akan di ganjar dengan masuk surga tanpa diperiksa?” tanya Jibril dengan tegas
                “Dari orang alim, guru saya” Jawab si hartawan
                “Dari orang alim?”
                “Betul.”
                “Jadi, kenapa orang alim yang sudah mengajarimu dengan kebaikan dan kebenaran tidak kau biarkan masuk surga lebih dahulu sebagai tanda terima kasihmu kepadanya?”
                “maaf, saya tadi khilaf. Sekarang saya sadar. Saya rela masuk surga paling belakang. Biarlah yang alim itu masuk surga.”
                “Nah, begitulah sepatutnya,” Ujar Malaikat Jbril.
                Maka orang kaya itu segera mundur dan orang ali itu di persilahkan masuk surga lebih dahulu. Namun dasar orang yang salih, ia tetap setya kepada ilmu yang di dalaminya, yaitu harus mengalah dan rendah hati. Dengan segala keikhlasanya orang alim  itu berkata:
                “Maaf, tuan-tuan dan maaf para malakat yang bijaksana. Sebagai guru dan orang alim yang salih saya tidak akan dapat belajar da mengajar dengan tenang apabila tidak ada pahlawan yang rela mati syahid. Saya tidak akan memperoleh pahala yang terus menerus jika murid saya yang haji ini tidak mengamalkan ilmu saya secara benar. Dan saya , pahlawan serta haji mabrur tidak akan dapat memperoleh keleluasaan beribadah serta mengajarkan ilmu saya apabila tidak ada kedermawanan orang kaya yang mau membiayai tentara berangkat perang, yang mau menyediakan kelapangan bagi perjalanan haji, yang mau membangun madrasah, tempat-tempat pengajian agama, penyantunan anak-anak yatim, serta macam-macam kebaikan lainnya. Semua itu mustahil terwujud apabila tidak ada orang kaya yang dermawan. Karena itu, biarlah orang kaya ini yang masuk kaya terlebih dahulu, disusul oleh pahlawan, kemudian haji mabrur, dan izinkanlah saya masuk surga paling penghabisan.”
                Akhirnya diputuskan oleh Malaikat Jibril sebagaimana yang di usulkan oleh orang alim itu, yakni hartawan yang dermawan itulah yang masuk surga terlebih dahulu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar