Minggu, 20 September 2015

Si Tuli




                Di Khurasan ada seorang ulama besar bernama Khatim bin Alwin. Muridnya banyak, pengaruhnya luas, dan ilmunya tinggi. Tetapi, di tengah masyarakat ia memperoleh julukan Al-Asham atau si Tuli. Anehnya julukan yang biasanya untuk merendahkan itu buat Imam Khatim bin Alwan justru merupakan gelar kehormatan yang mengabadikan akhlak terpujinya sehingga ia dihargai oleh umat manusia sepanjan masa.
                Gelar buruk, namun terhormat itu didapatkan oleh Imam Khatim bin Alwan ketika pada suatu ketika seorang gadis cantik keturunan bangsawan datang ketempat ia biasa memberikan pelajaran yang juga merupakan tempat penyimpanan ratusan kitab-kitab karyanya. Gadis cantik itu bermaksud menanyakan suatu masalah yang dibutuhkan jawabannya dengan segera.
                Ketika sudah dipersilahkan masuk, tiba-tiba gadis itu terlepas kentutnya, walaupun pelan tapi bunyinya terdengar nyaring. Imam Khatim terkejut. Baru kali ini ia mendengar orang kentut di mukanya, apalagi seorang gadis.
                Si gadis cantik, begitu mendengar kentutnya sendiri, betapapun pelannya, mendadak merah padam wajahnya lantaran malu sekali. Apalagi yang ada di hadapannya adalah seorang ulama besar yang di hormati oleh segala lapisan masyarakat, termasuk raja dan pembesar-pembesar kerajaan.
                Namun, alangkah leganya gadis cantik itu tatkala Imam Khatim bertanya dengan suara sangat keras. “Coba ulangi, apa keperluanmu?”
                Dengan lantang gadis cantik itu menanyakan suatu masalah yang sedang di alaminya. Sudah keras sekali suara gadis itu, tapi Imam Khatim pura-pura tidak mendengar. Padahal bunyi jarum jam pun telinganya masih dapat mendengar. Tetapi Imam Khatim masih juga berteriak keras, “Lebih keras lagi suaramu. Aku tidak mendengar. Apa kamu tidak tahu, aku ini sejak seminggu yang lalu menjadi budek, pekak, tuli akibat demam panas?.
                Mendengar pengakuan Imam Khatim tersebut. Si gadis cantik makin bersinar wajahnya. Sebab ia berpikir, kalau suaranya yang sudah keras saja Imam Khatim tidak bisa mendengar apalagi bunyi kentutnya yang halus, pasti Imam Khatim tidak mendengarnya.

                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar