Ahmad Ariefuddin
Jika aku mendapati keberhasilan maka itu karena restu ibuku, tapi jika aku mendapati kegagalan itu karena kesalahanku "Ahmad Ariefuddin"
Jumat, 20 Mei 2016
Jumat, 11 Maret 2016
Tentang YAYASAN INFAK BUKU
Yayasan ini saya dirikan pada akhir 2015. tepatnya pada bulan september.
Yayasan ini memberi tempat bagi siapapun-baik mahasiswa, masyarakat umum atau pihak mana pun- untuk menyumbangkan buku-buku-baik bagus maupun baru-yang masih layak baca.
Dan kemudian Yayasan Infak Buku akan mensortirnya dan membagikannya lagi ke berbagai pihak. Baik itu perpustakaan desa, komunitas, ataupun TBM yang memang membutuhkan bantuan buku.
Untuk info lebih lanjut tentang YAYASAN INFAK BUKU. silahkan bisa menghubungi
SMS 08985149402
Telfon 085729002826
Facebook Yayasan Infak Buku
Fanspage Yayasan Infak Buku
Twitter @YIB_Yogyakarta
Email yayasaninfakbuku@gmail.com
Kamis, 25 Februari 2016
Minggu, 13 Desember 2015
Pesan Ibnu Arabi tentang Dunia
Dunia ini tidaklah buruk-sebaliknya,
ia merupakan ladang akhirat. Apa yang kamu tanam disini akan kamu panen di sana.
Dunia ini adalah jalan menuju berkah abadi dan karena ia baik-layak di damba
dan di puji. Yang buruk adalah memperlakukan dunia sehingga kamu menjadi buta
pada kebenaran dan di kuasai sepenuhnya oleh hasrat, keinginan, dan ambisimu
kepadanya. Orang beriman bukan menghindari kenikmatan dunia, melainkan tidak
meletakkan nilai yang tinggi kepadanya.”
Kisah Syaikh Abdul Qadir Jailani ngobrol dengan “Setan”
Alkisah, Ratusan tahun silam, Syekh
Abdul Qadir Jailani merasa ada yang membangunkannya setiap kali menjelang
subuh. Dengan begitu, beliau tak pernah terlambat dalam menunaikan shalat
fajar. Namun, hatinya penasaran siapa gerangan yang berbaik hati selalu
membangunkan dirinya tanpa bosan. Beliau memohon kepada Allah agar dibukakan
rahasia kepadanya.
Menjelang suatu fajar, ternyata
beliau tahu bahwa yang membangunkannya adalah setan. “Kenapa kau melakukan itu?”
tanya Syekh penasaran. “Ya, aku membangunkanmu agar kau tak ketinggalan waktu
sembahyangmu,”. Jawab setan itu. “Tumben kau baik sekali kali ini.”
“Bukan,
aku melakukan semua ini dengan terus menerus karena aku tahu kalau kau sampai
lalai memenuhi kewajiban-kewajibanmu, kau akan merasakan kesedihan yang amat
sangat, dan selama hari berikutnya kau akan berdoa jauh lebih khusuk lagi,
memohon ampun dengan setulus-tulusnya, lalu kian memperbanyak shalat sunnah dan
menambah banyak kebajikan demi menebus kelalaianmu.”
Sabtu, 14 November 2015
Langganan:
Postingan (Atom)